Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Bung Karno dan nuri raja

Sudah menjadi kebiasaan seorang pemimpin besar seperti Bung Karno untuk membuka pintu Istana untuk rakyat-rakyatnya. Mulai dari ketua adat, tokoh agama, sampai rakyat jelata semua diterima dengan senang hati tanpa perlu melalui prosedur yang berbelit-belit dan tanpa perlu menunggu lama.  Bahkan tak sedikit pula rakyatnya yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara tak segan-segan menembus perjalanan jauh hanya untuk memberikan sesuatu yang menurut mereka berharga untuk sang pemimpin yang dicintainya itu.  

Bung Karno dan burung

Pada suatu ketika, datanglah seorang warga dari Maluku yang diantar anaknya. Kedatangannya ke istana tak lain dan tak bukan adalah ingin bertemu dengan Bung Karno, untuk menyenangkan hati sang pemimpin bangsa itu, ia pun membawa hadiah yaitu seekor burung. Tapi bukan burung sembarangan yang ia bawa, melainkan burung nuri raja yang sangat elok dengan bulu-bulunya yang indah.

Tidak butuh waktu lama, Bung Karno menemui tamu jauhnya itu. Ia menyapanya dengan sangat ramah, perbincangan pun mulai mengalir, dimana keluarganya.. bagaimana perjalanan dari Maluku hingga sampai ke Jakarta .. bagaimana situasi di Maluku .. dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang membuat sang tamu sangat antusias bertutur dengan bangga. Bangga karena bisa mendapatkan perhatian yang lebih dari presidennya. 


Usai mempersilahkan tamunya itu dengan minum teh dan makan kue yang disuguhkan, karena seperti biasa Bung Karno selalu menerima rakyatnya di beranda Istana yang teduh, bertanyalah Bung Karno pada bapak dari Maluku tersebut, "Jadi bapak mau menyerahkan burung ini kepada saya? Saya boleh berbuat apa saja kepada burung ini?. 


Bapak itu pun menjawab dengan antusias, "Iya pak, tentu saja terserah bapak, mau diapakan burung itu." Bung Karno pun menimpalinya, "Nah, kalau begitu, ikutlah dengan saya .. " Bung Karno dengan diikuti oleh pengawalnya kemudian mengajak sang tamu itu berjalan men


uruni tangga istana, dan menuju sebuah taman yang dipenuhi oleh tumbuh-tumbuhan hijau.
"Coba buka sangkar itu, dan lepaskanlah burung yang indah itu, " Kata Bung Karno pada pengawalnya. Tanpa bertanya, si pengawal itu melepas burung nuri raja itu, dan burung indah itu pun kemudian hinggap di sebuah dahan yang rindang. 


Berkata Bung Karno pada tamunya, "Pak, burung itu akan lebih senang kalau bisa terbang bebas, bisa terbang kemana-mana. Biarkanlah ia merdeka, seperti kita pun ingin merdeka selama-lamanya." 


Itulah sifat Bung Karno, ia merasa tidak senang melihat burung dipelihara dalam sangkat. Ia bahkan akan melarang para staff dan pegawai istana memelihara burung dalam sangkar. Karenanya, tidak ada satu pun burung-burung dalama sangkar dipelihara baik di Istana Bogor, Jakarta, Batu Tulis, Yogyakarta, maupun di Bali. Tetapi Bung Karno lebih senang melihat dan mendengarkan kicauan burung-burung liar di halaman istana, karena itu pula, setiap kali Bung Karno berada di halaman atau beranda, burung - burung liar dari berbagai jenis akan selalu menyapanya dengan suara kicauannya yang merdu. 


Sampai kini, burung-burung liar yang beraneka jenisnya itu masih setia mengunjungi halaman istana. 


Baca juga kisah-kisah Bung Karno lainnya di sini

Sumber dan referensi : rosodaras.wordpress.com