Rekaman suara pramugari ini ungkap peristwa 11 September
14 tahun yang lalu, tepatnya hari Minggu tanggal 11 September, dua buah pesawat jenis Boeing 76 milik maskapai American Airlines dan United Airlines menabrak menara kembar World Trade Center di pusat kota New York, AS. Dampaknya cukup dahsyat, dalam sekejap menara setinggi 417 meter itu pun rata dengan tanah.
Dari hasil penyelidikan diketahui kalau sebelumnya pesawat tersebut telah dibajak, beberapa tahun kemudian harian The New York Times mengungkap suara rekaman yang dirilis oleh para penyelidik. Rekaman tersebut menggambarkan detik-detik peristiwa yang oleh dunia disebut dengan peristiwa nine eleven (9/11).
Dari rekaman suara yang berhasil didapatkan itu, ada percakapan radio antara petugas air traffic controller Boston dengan pesawat American 11 yang menghilang dari radar.
Pukul 08.34 pagi, menara pengawas Boston memerintahkan pesawat American 11 yang terbang dengan rute Boston-Los Angeles untuk segera naik ke ketinggian 35.000 kaki.
"American 11, climb maintain level three five zero.."
Namun tidak ada respon dari American 11, pihak ATC berusaha terus untuk menghubungi pesawat tersebut tapi tetap saja tidak ada jawaban.
Pukul 08.19 atau 30 menit sebelum pesawat menabrak gedung WTC, seorang pramugari American 11 yang bernama Betty Ong menelepon pusat reservasi maskapai menggunakan Airfone yang tersedia di dalam pesawat.
Betty berbicara dengan agen reservasi Nydia Gonzales, ia mengatakan bahwa pilot dan kopilot dalam kokpit tidak bisa dihubungi, serta ada dua awak kabin di kelas bisnis yang telah ditusuk oleh orang tidak dikenal. satu orang dalam kondisi kritis sedangkan satunya lagi telah meninggal.
Mendapat informasi tersebut, Nydia segera melaporkannya ke pusat kendali krisis American Airlines.
Petugas krisi American Airlines segera melakukan pelacakan dan profiling pesawat yang diketahui telah dibajak tersebut. Ternyata, radar transponder pesawat telah dimatikan oleh para pembajak.
Dalam kondisi transponder yang mati itu, para petugas di darat tidak bisa melihat data ketinggian dan kecepatan pesawat, namun mereka sadar kalau pesawat tersebut tengah menurunkan ketinggiannya.
Berikut adalah percakapakan antara Betty Ong dengan petugas penanganan krisi di maskapai American Airlines.
"Saya pramugari nomor 3 di belakang, kokpit tidak menjawab, seseorang telah ditusuk di kelas bisnis, sepertinya kami sedang dibajak," kata Betty.
"Anda berada di penerbangan yang mana," tanya petugas..
Betty menjawab, "Penerbangan 11."
"Bisa dijelaskan siapa yang ada di kelas bisnis?" kembali petugas itu bertanya.
"Saya duduk di belakang, sebentar ada yang baru dari kelas bisnis. (Betty bertanya ke rekannya), ada yang tahu siapa menusuk siapa?"
"Aku tidak tahu, tapi Karen dan Bobby (purser dan pramugara) telah ditusuk," ujar suara lain di belakang.
Tak lama, Betty berkata pada petugas tersebut, "(Awak kabin) nomor 1 kami, purser kami ditusuk, tidak tahu siapa yang menusuk, kami tidak berani ke depan. Awak kabin nomor 5 juga ditusuk. Kami tidak bisa masuk ke kokpit."
"Mereka tidak menjaga agar kokpit steril?"
"Para pembajak ada di dalam sana. Mereka sepertinya mengganjal pintunya. Tidak ada yang bisa masuk atau menelepon kokpit," ujar Betty lagi.
Dari rekaman audio yang beredar di Youtube, diketahui bahwa kalimat terakhir yang diucapkan oleh Betty Ong sebelum pesawatnya menabrak adalah "Pesawat kembali terbang tidak menentu".
Hening, tidak ada lagi suara terdengar dari Betty, sepertinya mereka tidak menyadari kalau pesawat yang mereka tumpangi itu akan segera menabrak salah satu menara kembar WTC.
Nydia, agen reservasi yang menjadi perantara Betty dengan pusat krisis American Airlines pun tidak bisa mendengar suara Betty.
"Betty, bicara kepadaku... Betty, kamu masih di sana? Oke kami menunggu, saluran ini tetap terbuka... Kurasa kita kehilangan dia (komunikasi terputus)," kata Nydia.
Namun sebelumnya Betty telah memberikan informasi yang sangat penting menyangkut jatidiri pembajak, karena saat ditanya oleh Nydia sebelumnya, siapa yang berada di kokpit saat itu, Betty menjawab mereka adalah penumpang di kursi 2A dan 2B.
Pukul 08.24, dari daftar manifes diketahui kalau pembajak American 11 itu bernama Mohammad Atta, bahkan ia pun secara tak sengaja telah melakukan komunikasi dengan ATC tanpa ia sadari.
Dari suara yang terdengar, Atta tampaknya ingin berkomunikasi dengan para penumpang melalui radio, namun sepertinya ia justru menekan tombol yang salah yang malah membuat suaranya masuk ke radio petugas ATC.
"Kami menguasai pesawat, tetap tenang, dan kita akan baik-baik saja, kita akan kembali ke bandara," kata Atta.
Mendengar panggilan radio tersebut, petugas ATC Boston bertanya, "Amerian 11, kalian baru memanggil?", namun saat itu para petugas masih belum sadar kalau pesawat sebenarnya tengah dibajak.
Tidak berapa lama suara Atta kembali terdengar, "Jangan ada yang bergerak, semua akan baik-baik saja. Jika ada yang bergerak, kalian akan mencelakakan diri kalian sendiri dan pesawat ini. Duduk diam saja."
Petugas ATC segera sadar bahwa telah terjadi pembajakan di pesawat tersebut, mereka pun segera menghubungi komando pertahanan Amerika, NORAD.
FFA meminta NORAD melepas scramble F-16 untuk mengejar pesawat yang telah menghilang dari radar tersebut. Namun tanpa adanya transponder, sulit bagi NORAD melacak keberadaan pesawat American 11 itu.
Keberadaan American 11 hanya bisa terdeteksi oleh radar primer, yang kedipannya hanya muncul untuk beberapa saat saja, tanpa informasi apapun menyangkut ketinggian, kecepatan dan lain sebagainya.
Sempat terjadi kesalahpahaman antara para perwira di NORAD yang mengira peristiwa tersebut adalah latihan.
Di tengah kacaunya komunikasi dan komando, tepat pukul 08.47 sebuah bola api besar terlihat dari salah satu menara gedung WTC. Pada saat bersamaan, jejak pesawat American 11 menghilang dari radar primer milik ATC Boston dan New York.
"Boston kehilangan kontak, frekuensi kami menunjukkan adanya ancaman pembajak."
"Konfirmasi, New York juga kehilangan kontak, dan kami mendapat sinyal ELT di area tersebut."
Tidak berapa lama, para petugas ATC New York mendapat laporan dari petugas ATC Bandara Kennedy bahwa mereka melihat bola api di menara WTC. "Kalian serius?, itu area kami kehilangan jejak pesawat." kata petugas ATC New York.
Pada pukul 09.01, FAA baru saja mendapat laporan adanya pesawat kedua yang menghilang dari radar, yaitu United 175 sebuah pesawat Boeing 767 milik United Airlines dengan rute Boston-Los Angeles.
Para pejabat dari FAA kemudian meminta militer untuk ikut terlibat dengan mengirimkan jet-jet tempur mereka guna mencari dan mencegah pesawat yang hilang tersebut.
Sekitar pukul 09.02, seorang petugas menara pengawas terminal radar Approach Control (TRACON) di New York telah melihat langsung obyek pesawat yang menabrak menara selatan gedung WTC.
"Hei, lihat ke luar jendela, lihat di ketinggian 4.000 kaki arah timur bandara."
"Ya, aku lihat, ia turun dengan cepat... 4.500 kaki sekarang. Ia turun 800 kaki dengan begitu cepat."
"Ada yang tahu tipe pesawatnya?"
Kemudian ada suara di belakang yang berkata bahwa ada satu pesawat lagi yang akan menabrak gedung.
"Satu lagi menabarak kencang, satu pesawat lagi menabrak World Trade Center," demikian suara itu.
Tepat pukul 09.03, United 175 menabrak menara selatan gedung WTC pada saat warga New York dan dunia tengah menyaksikan siaran langsung dari berita ditabraknya gedung WTC oleh sebuah pesawat.
Selang satu jam kemudian, dua buah pesawat dikabarkan menghilang dari radar. Mereka adalah B757 American Airlines dengan nomor penerbangan 77 dan B757 United Airlines dengan nomor penerbangan 93.
Belakangan diketahui bahwa American 77 ditabrakkan ke markas angkatan bersenjata Amerika Serikat, Pentagon pada pukul 09.38 pagi.
Sedangkan upaya pembajakan United 93 yang menuju Washington berhasil digagalkan oleh para penumpang di dalamnya. Pesawat tersebut kemudian jatuh di sebuah padang di Shanksville, Pensylvania, sekitar 240 mil barat laut Washington
Dugaan yang muncul bahwa pesawat itu akan ditabrakkan ke Gedung Putih di Washington.
Empat peristiwa pembajakan yang berakhir dengan tragis tersebut membuat FAA langsung mengeluarkan perintah untuk mendaratkan semua pesawat yang ada di wilayah udara Amerika Serikat tanpa terkecuali.
Semua pesawat penumpang yang menuju ke Amerika Serikat pun dipaksa untuk mengalihkan pendaratannya di bandara terdekat.
Untuk mengenang tragedi tersebut, sebuah monumen dibangun di ground zero yang dulunya adalah lokasi berdirinya dua buah menara kembar WTC. Di tempat itu juga dibangun sebuah menara baru yang diberi nama One World Trade Center.
Suara rekaman dari peristiwa tersebut bisa didengar di website The New York Times di sini
Dari hasil penyelidikan diketahui kalau sebelumnya pesawat tersebut telah dibajak, beberapa tahun kemudian harian The New York Times mengungkap suara rekaman yang dirilis oleh para penyelidik. Rekaman tersebut menggambarkan detik-detik peristiwa yang oleh dunia disebut dengan peristiwa nine eleven (9/11).
Dari rekaman suara yang berhasil didapatkan itu, ada percakapan radio antara petugas air traffic controller Boston dengan pesawat American 11 yang menghilang dari radar.
Pukul 08.34 pagi, menara pengawas Boston memerintahkan pesawat American 11 yang terbang dengan rute Boston-Los Angeles untuk segera naik ke ketinggian 35.000 kaki.
"American 11, climb maintain level three five zero.."
Namun tidak ada respon dari American 11, pihak ATC berusaha terus untuk menghubungi pesawat tersebut tapi tetap saja tidak ada jawaban.
Pukul 08.19 atau 30 menit sebelum pesawat menabrak gedung WTC, seorang pramugari American 11 yang bernama Betty Ong menelepon pusat reservasi maskapai menggunakan Airfone yang tersedia di dalam pesawat.
Betty Ong, pramugari American 11 |
Betty berbicara dengan agen reservasi Nydia Gonzales, ia mengatakan bahwa pilot dan kopilot dalam kokpit tidak bisa dihubungi, serta ada dua awak kabin di kelas bisnis yang telah ditusuk oleh orang tidak dikenal. satu orang dalam kondisi kritis sedangkan satunya lagi telah meninggal.
Mendapat informasi tersebut, Nydia segera melaporkannya ke pusat kendali krisis American Airlines.
Petugas krisi American Airlines segera melakukan pelacakan dan profiling pesawat yang diketahui telah dibajak tersebut. Ternyata, radar transponder pesawat telah dimatikan oleh para pembajak.
Dalam kondisi transponder yang mati itu, para petugas di darat tidak bisa melihat data ketinggian dan kecepatan pesawat, namun mereka sadar kalau pesawat tersebut tengah menurunkan ketinggiannya.
Berikut adalah percakapakan antara Betty Ong dengan petugas penanganan krisi di maskapai American Airlines.
"Saya pramugari nomor 3 di belakang, kokpit tidak menjawab, seseorang telah ditusuk di kelas bisnis, sepertinya kami sedang dibajak," kata Betty.
"Anda berada di penerbangan yang mana," tanya petugas..
Betty menjawab, "Penerbangan 11."
"Bisa dijelaskan siapa yang ada di kelas bisnis?" kembali petugas itu bertanya.
"Saya duduk di belakang, sebentar ada yang baru dari kelas bisnis. (Betty bertanya ke rekannya), ada yang tahu siapa menusuk siapa?"
"Aku tidak tahu, tapi Karen dan Bobby (purser dan pramugara) telah ditusuk," ujar suara lain di belakang.
Tak lama, Betty berkata pada petugas tersebut, "(Awak kabin) nomor 1 kami, purser kami ditusuk, tidak tahu siapa yang menusuk, kami tidak berani ke depan. Awak kabin nomor 5 juga ditusuk. Kami tidak bisa masuk ke kokpit."
"Mereka tidak menjaga agar kokpit steril?"
"Para pembajak ada di dalam sana. Mereka sepertinya mengganjal pintunya. Tidak ada yang bisa masuk atau menelepon kokpit," ujar Betty lagi.
Dari rekaman audio yang beredar di Youtube, diketahui bahwa kalimat terakhir yang diucapkan oleh Betty Ong sebelum pesawatnya menabrak adalah "Pesawat kembali terbang tidak menentu".
Hening, tidak ada lagi suara terdengar dari Betty, sepertinya mereka tidak menyadari kalau pesawat yang mereka tumpangi itu akan segera menabrak salah satu menara kembar WTC.
Nydia, agen reservasi yang menjadi perantara Betty dengan pusat krisis American Airlines pun tidak bisa mendengar suara Betty.
"Betty, bicara kepadaku... Betty, kamu masih di sana? Oke kami menunggu, saluran ini tetap terbuka... Kurasa kita kehilangan dia (komunikasi terputus)," kata Nydia.
Namun sebelumnya Betty telah memberikan informasi yang sangat penting menyangkut jatidiri pembajak, karena saat ditanya oleh Nydia sebelumnya, siapa yang berada di kokpit saat itu, Betty menjawab mereka adalah penumpang di kursi 2A dan 2B.
Pukul 08.24, dari daftar manifes diketahui kalau pembajak American 11 itu bernama Mohammad Atta, bahkan ia pun secara tak sengaja telah melakukan komunikasi dengan ATC tanpa ia sadari.
Dari suara yang terdengar, Atta tampaknya ingin berkomunikasi dengan para penumpang melalui radio, namun sepertinya ia justru menekan tombol yang salah yang malah membuat suaranya masuk ke radio petugas ATC.
"Kami menguasai pesawat, tetap tenang, dan kita akan baik-baik saja, kita akan kembali ke bandara," kata Atta.
Mendengar panggilan radio tersebut, petugas ATC Boston bertanya, "Amerian 11, kalian baru memanggil?", namun saat itu para petugas masih belum sadar kalau pesawat sebenarnya tengah dibajak.
Tidak berapa lama suara Atta kembali terdengar, "Jangan ada yang bergerak, semua akan baik-baik saja. Jika ada yang bergerak, kalian akan mencelakakan diri kalian sendiri dan pesawat ini. Duduk diam saja."
Petugas ATC segera sadar bahwa telah terjadi pembajakan di pesawat tersebut, mereka pun segera menghubungi komando pertahanan Amerika, NORAD.
FFA meminta NORAD melepas scramble F-16 untuk mengejar pesawat yang telah menghilang dari radar tersebut. Namun tanpa adanya transponder, sulit bagi NORAD melacak keberadaan pesawat American 11 itu.
Keberadaan American 11 hanya bisa terdeteksi oleh radar primer, yang kedipannya hanya muncul untuk beberapa saat saja, tanpa informasi apapun menyangkut ketinggian, kecepatan dan lain sebagainya.
Sempat terjadi kesalahpahaman antara para perwira di NORAD yang mengira peristiwa tersebut adalah latihan.
Di tengah kacaunya komunikasi dan komando, tepat pukul 08.47 sebuah bola api besar terlihat dari salah satu menara gedung WTC. Pada saat bersamaan, jejak pesawat American 11 menghilang dari radar primer milik ATC Boston dan New York.
"Boston kehilangan kontak, frekuensi kami menunjukkan adanya ancaman pembajak."
"Konfirmasi, New York juga kehilangan kontak, dan kami mendapat sinyal ELT di area tersebut."
Tidak berapa lama, para petugas ATC New York mendapat laporan dari petugas ATC Bandara Kennedy bahwa mereka melihat bola api di menara WTC. "Kalian serius?, itu area kami kehilangan jejak pesawat." kata petugas ATC New York.
Pada pukul 09.01, FAA baru saja mendapat laporan adanya pesawat kedua yang menghilang dari radar, yaitu United 175 sebuah pesawat Boeing 767 milik United Airlines dengan rute Boston-Los Angeles.
Para pejabat dari FAA kemudian meminta militer untuk ikut terlibat dengan mengirimkan jet-jet tempur mereka guna mencari dan mencegah pesawat yang hilang tersebut.
Sekitar pukul 09.02, seorang petugas menara pengawas terminal radar Approach Control (TRACON) di New York telah melihat langsung obyek pesawat yang menabrak menara selatan gedung WTC.
"Hei, lihat ke luar jendela, lihat di ketinggian 4.000 kaki arah timur bandara."
"Ya, aku lihat, ia turun dengan cepat... 4.500 kaki sekarang. Ia turun 800 kaki dengan begitu cepat."
"Ada yang tahu tipe pesawatnya?"
Kemudian ada suara di belakang yang berkata bahwa ada satu pesawat lagi yang akan menabrak gedung.
"Satu lagi menabarak kencang, satu pesawat lagi menabrak World Trade Center," demikian suara itu.
Tepat pukul 09.03, United 175 menabrak menara selatan gedung WTC pada saat warga New York dan dunia tengah menyaksikan siaran langsung dari berita ditabraknya gedung WTC oleh sebuah pesawat.
Selang satu jam kemudian, dua buah pesawat dikabarkan menghilang dari radar. Mereka adalah B757 American Airlines dengan nomor penerbangan 77 dan B757 United Airlines dengan nomor penerbangan 93.
Belakangan diketahui bahwa American 77 ditabrakkan ke markas angkatan bersenjata Amerika Serikat, Pentagon pada pukul 09.38 pagi.
Sedangkan upaya pembajakan United 93 yang menuju Washington berhasil digagalkan oleh para penumpang di dalamnya. Pesawat tersebut kemudian jatuh di sebuah padang di Shanksville, Pensylvania, sekitar 240 mil barat laut Washington
Dugaan yang muncul bahwa pesawat itu akan ditabrakkan ke Gedung Putih di Washington.
Peta serangan |
Empat peristiwa pembajakan yang berakhir dengan tragis tersebut membuat FAA langsung mengeluarkan perintah untuk mendaratkan semua pesawat yang ada di wilayah udara Amerika Serikat tanpa terkecuali.
Semua pesawat penumpang yang menuju ke Amerika Serikat pun dipaksa untuk mengalihkan pendaratannya di bandara terdekat.
Untuk mengenang tragedi tersebut, sebuah monumen dibangun di ground zero yang dulunya adalah lokasi berdirinya dua buah menara kembar WTC. Di tempat itu juga dibangun sebuah menara baru yang diberi nama One World Trade Center.
Suara rekaman dari peristiwa tersebut bisa didengar di website The New York Times di sini