Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Film Nabi Muhammad buatan Iran yang dikecam ulama Arab

Para ulama ternama dari arab Saudi baru-baru ini mengecam keras beredarnya sebuah film yang mengisahkan tentang Nabi Muhammad yang dibuat di Iran. Menurut mereka, film tersebut tidak sesuai dengan norma-norma dalam Islam.
Film yang berjudul "Muhammad" ini menggambarkan sosok Nabi pada waktu masih kecil. Namun bagi kalangan ulama Arab Saudi, film ini dianggap sebagai sebuah tindakan yang tidak bersahabat dan menunjukkan distorsi Islam. 


film muhammad PBUH



Film yang sudah dirilis di seluruh bioskop di negeri para mullah itu merupakan satu-satunya film termahal yang pernah dibuat di Iran. Film berdurasi 171 menit yang dengan arahan sutradara Majid Majidi ini telah menghabiskan biaya sebesar 40 juta USD atau sekitar Rp 566.6 miliar dan butuh waktu tujuh tahun untuk merampungkannya. 


TIndakan Iran tersebut telah dianggap melanggar ajaran Muslim yang melarang menggambarkan sosok Nabi Muhammad. 


“Ini adalah tindakan penuh pelanggaran dan membentuk distorsi dalam Islam,” usai Mufti Agung Arab Saudi Abdulaziz al-Sheikh, kepada surat kabar Al-Hayat, seperti seperti yang dikutip metrotvnews.com.


“Film tersebut adalah sebuah penghinaan bagi Nabi dan merendahkan statusnya,” tegas Abdulaziz.


Kecaman serupa juga muncul dari Liga Muslim Dunia yang berbasis di Makkah. Mereka menganggap bahwa menggambarkan sosok Nabi Muhammad adalah sebuah pelanggaran. 


“Cegah dan batalkan pemutaran film tersebut dan warga Muslim harus melakukan boikot,” tegas Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Abdullah al-Turki. 


Selama ini, Iran dan Arab Saudi memang dikenal sebagai saingan. Kedua negara ini sering saling tuduh satu sama lain dengan maksud untuk menciptakan stabilitas di Timur Tengah. Namun dengan dirilisnya film ini, menunjukkan ironi bagaimana Iran yang sebelumnya sangat mengecam pembuatan kartun Nabi Muhammad oleh Tabloid Prancis Charlies Hebdo, sedangkan mereka justru membuat film mengenai Nabi dan menggambarkannya.


Namun sang sutradara membantah telah melanggar norma-norma Islam, karena menurutnya ia membuat film ini untuk menunjukkan citra yang sebenar-benarnya baik dari Islam yang selama ini sudah dirusak oleh kalangan ekstrimis. Ia juga berencana untuk membuat trilogi.