Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika CIA coba jatuhkan Soekarno lewat film porno

Dari dulu Badan Intelijen Amerika atau CIA memang selalu ingin ikut campur dalam masalah perpolitikan di Indonesia. Dalam dokumen yang baru-baru ini diungkap, Amerika Serikat sangat rajin memantau perkembangan politik termasuk menjelang dan sesudah terjadinya Gerakan 30 September 1965. 

film porno bung karno dan agen rusia


Beragam cara dan intrik akan dilakukan oleh Amerika Serikat dalam rangka mempengaruhi dan mengendalikan Indonesia. Namun di bawah kepemimpinan Sukarno, sepak terjang Amerika Serikat tersebut selalu gagal di tengah jalan. Alhasil upaya-upaya kotor pun dilakukan demi untuk melengserkan seorang Sukarno.

Ratna Sari Dewi, istri mantan Presiden RI pertama itu pernah mengungkapkan sejumlah dokumen yang mengindikasikan kejatuhan Bung Karno akibat campur tangan Badan Intelijen Amerika (CIA).


Dalam sebuah wawancara dengan harian Japan Times terbitan 2008, Ratna Dewi mengatakan bahwa AS sangat membenci Bung Karno karena tidak mau dikendalikan. Bahkan mereka juga pernah mencoba melakukan upaya pembunuhan terhadap Bung Karno sebanyak lima kali. 


"Amerika Serikat dan Uni Soviet mendominasi dunia sekitar tahun 1960-an melalui perang habis-habisan, embargo dagang atau operasi rahasia. AS butuh Indonesia, yang merupakan negara ketiga terkaya sumber daya alam. Tapi Sukarno baru saja mencapai kemerdekaan dari Belanda dan tidak mau dikendalikan,"  kata wanita berdarah Jepang yang mempunyai nama asli Naoko Nemoto. 



"AS meminta agar Sukarno memungkinkan mereka untuk memiliki pangkalan militer di Indonesia untuk mengontrol Pasifik, tapi dia menolak, sementara Jepang, Korea, Taiwan, Hong Kong, Thailand, Filipina, Singapura, Australia dan Selandia Baru semua menerima pangkalan militer AS. Oleh karena itu Pentagon membenci Sukarno, dan CIA mencoba membunuh dia lima kali," kata Dewi. 


Pada akhir tahun 1950, pihak CIA membiayai dan mengirimkan senjata untuk mendukung para pemberontak PRRI dan Permesta. Seorang pilot bayaran CIA yang bernama Allan Pope berhasil ditembak jatuh oleh AURI di sekitar Ambon.
Dalam pemilihan umum 1955, Amerika Serikat pernah juga mencoba merekayasa Pemilu tersebut untuk menjegal Sukarno, namun upaya tersebut tidak berhasil. 



Salah satu tindakan paling memalukan dan tidak mencerminkan seorang atau lembaga yang bermartabat adalah ketika CIA membuat film porno dengan aktor yang dibuat semirip mungkin dengan sosok Sukarno. Rekayasa tersebut sengaja dibuat CIA oleh lantaran anggapan umum bahwa Sukarno suka main perempuan.


Dalam Portrait of a Cold Warrior, seorang mantan agen CIA Joseph B. Smith pernah mengungkapkan bahwa CIA berusaha menemukan pemeran film porno yang memiliki tampang mirip Sukarno. Ketika mereka tidak menemukan aktor berwajah asia yang memiliki kemiripan dengan Sukarno itu, CIA akhirnya memutuskan untuk membuat maskter wajah Sukarno. 


Masker itu kemudian dikirimkan ke Los Angeles yang terkenal sebagai pemasok film-film porno di Amerika Serikat, dan mereka kemudian meminta polisi setempat untuk membayar bintang film porno yang mau memakainya selama beradegan panas tersebut. 


Kenneth J. Conboy dan James Morrison dalam Feet to the Fire: CIA Covert Operations in Indonesia, 1957-1958, mengungkapkan bahwa film porno tersebut dikerjakan di sebuah studio di Hollywood yang waktu itu dioperasikan oleh Bing Crosby bersama saudaranya. Tujuan film tersebut adalah untuk menuduh Sukarno (diperankan pria Chicano) mempermalukan diri dan bangsanya dengan meniduri agen Uni Soviet (diperankan oleh seorang wanita pirang Kaukasia) yang menyamar sebagai pramugari maskapai penerbangan. 


"Proyek tersebut menghasilkan beberapa buah foto meski sepertinya tidak pernah digunakan," tulis William Blum dalam Killing Hope: US Millitary and CIA Interventions Since World Wat II


Faktanya, ada beberapa film porno lain yang diproduksi untuk CIA dalam rangka menjatuhkan Sukarno. Film yang lain dibuat oleh Robert Maheu, seorang mantan agen FBI. Film yang dibintangi oleh aktor yang mirip Sukarno itu diberi judul Happy Days, namun nasib film tersebut kemudian tidak pernah ada laporannya. Untuk melakukan pekerjaan kotornya tersebut, Maheu mendapat bayaran sebesar US$500 perbulan dari CIA.  


Foto-foto yang menampilkan adegan-adegan panas antara orang yang mirip Sukarno dengan agen wanita Uni Soviet itu memang tidak jadi disebarluaskan. Bukan lantaran takut diketahui kebohongannya, tapi lantaran kampanye hitam itu memang dianggap tidak cukup mempan untuk menjatuhkan Sukarno. 


Referensi: 
Historia.id
williamblum.org/chapters/killing-hope/indonesia