Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lima ritual unik untuk mendatang hujan

Musim kemarau yang berkepanjangan di beberapa daerah di Indonesia membuat persediaan air bersih layak pakai semakin menipis. Untuk mengatasi masalah hujan yang tak kunjung turun itu, negara kita memiliki beberapa tradisi atau ritual unik pemanggil hujan yang dilakukan di beberapa daerah, berikut llima di antaranya.  


Ritual Ojung di Bondowoso 


Ketika terjadi kekeringan di daerah mereka, masyarakat di Bondowoso memiliki sebuah ritual unik untuk mendatangkan hujan. Ritual pemanggilan hujan yang sudah berlangsung turun temurun itu dikenal warga setempat sebagai ritual Ojung. Biasanya sebelum tradisi ini dilakukan, akan diawali dengan tarian Topeng Kuna dan Rontek Singo Wulung.


Ritual Ojung di Bondowoso


Yang menarik adalah puncak dari ritual ini, dimana akan ada pertandingan adu pukul dengan menggunakan sebatang rotan. Dalam pertandingan ini para lelaki dewasa yang berusia 17 - 50 tahun akan berkumpul di tengah-tengah lapangan. Saat wasit memberi aba-aba tanda pertandingan sudah dimulai, maka dua peserta akan saling adu tangkas memecutkan rotan mereka. Selain untuk meminta hujan, ritual ini dimaksudkan juga sebagai penolak bala bagi masyarakat di desa setempat. 


Ritual Cowongan di Banyumas 


Lain lagi dengan yang dilakukan di Kabupaten Banyumas, ritual meminta hujan di daerah ini dinamakan Cowongan yang artinya menghiasi wajah. Ritual cowongan adalah ritual yang dilakukan oleh seseorang dengan menghias wajahnya. Mereka percaya bahwa dengan melakukan hal tersebut, Hujan akan turun berkat bantuan Dewi Sri yang merupakan dewi pangan yang memberikan kesejahteraan bagi umat Manusia. Melalui doa-doa yang dipanjatkan Dewi Sri itulah hujan akan turun dari langit. 


Ritual Cowongan di Banyumas


Namun tidak semua peserta bisa mengikuti ritual cowongan ini karena hanya kaum wanita saja yang diperbolehkan melakukannya.  Hal ini karena menurut cerita warga setempat, yang nantinya datang dan merasuk dalam properti cowongan adalah bidadari, sehingga kaum laki-laki tidak boleh memegang properti tersebut. Hingga kini desa-desa yang masih melestarikan tradisi Cowongan ini hanya beberapa saja, di antaranya Desa Plana di Kcamatan Somagede, Kabupaten Banyumas.


Ritual Unjungan di Purbalingga


Ritual Unjungan adalah sebuah ritual yang kerap dilakukan oleh masyarakat di Purbalingga dan Banjarnegara untuk mendatangkan hujan ketika daerah mereka dilanda musim kemarau. Biasanya dalam tradisi ini akan terjadi pertarungan adu rotan yang dilakukan oleh peserta lelaki dewasa. 


Ritual Unjungan di Purbalingga


Namun sebelum adu pukul berlangsung, biasanya para pemain Unjungan akan menari terlebih dahulu dengan iringan musik. Setelah musik selesai itulah mereka aka mulai beradu pukul menggunakan rotan. Ritual ini akan terus dilakukan jika hujan belum juga turun, namun jumlahnya akan dihitung secara ganjil. 


Ritual cambuk badan tiban di Boyolali 


Cambuk Badan Tiban adalah sebuah ritual yang dilakukan dalam rangka meminta hujan yang dilakukan oleh warga di Desa Wajak, Boyolali, Tulungagung. Ritual ini dilakukan dengan cara saling adu cambuk yang dilakukan oleh para pesertanya yang terdiri dari pria dewasa.  


Ritual cambuk badan tiban di Boyolali


Tradisi ini dulunya dilakukan oleh Tumenggung Surotani II untuk mencari bibit prajurit yang tangguh, namun seiring berjalannya waktu, tradisi Cambuk Badan Tiban dijadikan sebuah ritual untuk memanggil hujan yang dilakukan oleh warga setempat. Menurut kepercayaan mereka, darah yang mengucur akibat cambukan itulah yang nantinya bisa mendatangkan hujan.

Ritual Gedub Ende di Bali 


Ritual Gedub Ende adalah salah satu bentuk tradisi yang dilakukan masyarakat Bali untuk mendatangkan hujan. Ritual ini dilakukan dengan cara mengadu dua orang untuk saling pukul menggunakan rotan.  Ende yang berarti rotan dan Gedub adalah sebuah alat atau perisai yang berguna untuk menangkis serangan rotan, benda itulah yang digunakan para peserta dalam ritual pemanggilan hujan ini.  


Ritual Gedub Ende di Bali


Dalam pertarungan ini ada seorang wasit yang menjadi penengah yang disebut Saye. Wasit itulah nantinya yang akan memberi peringatan jika ada salah satu pemain melakukan pelanggaran. Darah yang mengucur selama pertarungan berlangsung dipercaya bisa mendatangkan hujan.