Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dinosaurus Cakar Petir ditemukan di Australia

Dinosaurus megaraptorid

Sebuah fosil dinosaurus pemakan daging yang luar biasa baru-baru ini ditemukan di pedalaman Kota Lightning Ridge, New South Wales 2005. Fosil binatang purba tersebut memiliki cakar tajam yang berbentuk seperti kait, namun bisa dipastikan kalau hewan ini bukanlah sejenis T-Rex. 
Dikutip dari Guardian, para penambang batu mulia opal di daerah tersebut menemukan tulang belulang fosil dinosaurus yang mereka sebut 'cakar petir'. Para ilmuwan yang kini tengah meneliti fosil tersebut mengatakan bahwa fosil-fosil tersebut mewakili spesies yang belum diketahui sebelumnya, yaitu dinosaurus karnivora terbesar di Australia. 

“Jelas bahwa kita sedang melihat sesuatu yang baru dan sangat bebeda dari semua fosil yang sebelumnya dikumpulkan di area ini,” kata Dr. Federico Fanti, Ahli paleontology dari Universitas Bologna di Italia.


Fosil tulang belulang dinosaurus  dengan penanggalan 10 juta tahun itu terdiri dari tulang kaki, pinggul, rusuk, lengan dan cakar. Dari tulang-tulang yang ada, bisa diidentifikasi bahwa fosil tersebut milik seekor dinosaurus yang mempunyai panjang 22 kaki atau setengah dari panjang T-Rex.  Cakar kait yang panjangnya 10 inci itu digunakan untuk mencengkeram mangsanya.
Para peneliti megambil kesimpulan bahwa dinosaurus 'cakar petir' ini adalah dari jenis megaraptorid, kelompok dinosaurus theropod yang memiliki cakar tangan yang besar. 


Potongan tulang dinosaurus 'cakar petir'

Saat dibandingkan dengan dinosaurus lainya ditemukan di Australia dan Amerika Selatan, keyakinan mereka semakin besar bahwa dinosaurus ini termasuk dalam kelompok dinosaurus yang relatif langka dan kebanyakan berasal dari Argentina. 


“Penemuan ini mengubah gagasan popular yang menyatakan dinosaurus Australia berasal dari nenek moyang dari Afrika dan Amerika Selatan. Justru dinosaurus ‘cakar petir’ ini tampaknya menjadi nenek moyang dari seluruh megaraptorid. Artinya, kelompok ini pertama kali muncul di Australia,” kata Dr. Phill Bell, ahli paleontology di Universitas New England, Australia.