Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika anak-anak harus berperang

Dalam sejarah militer di seluruh dunia, mengekploitasi anak dibawah usia 18 tahun untuk mengikuti program wajib militer adalah pelanggaran hukum internasional dalam bentuk perbudakan. 

Tapi ketika berada dalam situasi dan kondisi yang memaksa, misalnya dalam sebuah perang, maka siapapun akan menghalalkan segala cara demi meraih kemenangan Termasuk menggunaan barisan anak-anak yang dilatih dalam sebuah kesatuan khusus sebagai salah satu bagian dari progam wajib militer (wamil). 

Dalam beberapa peperangan, penggunaan kesatuan khusus militer anak-anak ini menjadi salah satu bentuk strategi yang cukup efektif di medan-medan pertempuran. 


Hal tersebut lantaran banyak pisah musuh yang memiliki anggapan bahwa anak-anak bukanlah sebuah ancaman. Karena hal itu, banyak anak-anak yang direkrut sebagai kurir, mata-mata, dan sebagai tameng hidup yang berada tepat di belakang garis musuh. 

pasukan anak-anak pada masa perang kemerdekaan


Berikut ini adalah beberapa kesatuan militer khusus yang merekrut anak-anak sebagai prajuritnya.

1. Pasukan Kadogo di Kongo 


Kadogo dalam bahasa lokal berarti "si kecil yang berjuang", mereka ini yang menjadi bagian dalam sebuah program wajib militer saat terjadi konflik perang saudar di Republik Demokratik Kongo tahun 1996 sampai 2003. Penggunaan anak-anak sebagai prajurit tempur pada waktu diperintahkan secara langsung oleh mantan presiden Laurent Kabila. Pasukan khusus anak-anak ini diperkirakan berjumlah lebih dari 10.000 orang anak. 


Kadogo

Perekrutan anak-anak untuk bertempur dianggap sebagai pelanggaran hak azasi manusia oleh dunia Internasional. Pada tahun 19 Maret 2006 Mahkamah Internasional kemudian mengadili Mayor Jean-Pierre Biyoyo yang bertanggung jawab dalam perekrutan tersebut dengan hukuman penjara lima tahun. 


2. Pasukan The Grey Ranks di Polandia 


Pada masa pemberontakan Warsawa (1944) saat militer Polandia berusaha membebasakan kota Warsawa dari  cengkeraman tentara Nazi Jerman, mereka merekrut sejumlah anak-anak yang masih berusia antara 12 - 14 tahun untuk dijadikan sebagai bagian dari sebuah Pasukan yang dikenal dengan The Grey Ranks. Tugas utama mereka adalah sebagai kurir dan menyelundupkan senjata ke basis-basis perlawanan.  


 The Grey Ranks

The Grey Ranks merupakan bagian dari operasi militer Tempest, saat Uni Soviet menyerang Kota Warsawa yang saat itu tengah diduduki oleh Nazi. Pada saat militer Uni Sovet menggempur kota dari sebelah timur, tentara Polandia mengorganisir warga kota tersebut untuk melakukan perlawanan dari dalam, dan membentuk pasukan khusus anak-anak yang bertugas membawakan senjata dan amunisi bagi mereka.  


Dalam pertempuran yang berlangsung selama 63 hari itu, sekitar 9.000 anak-anak tewas ketika bertugas.


3. Pasukan The Small Boys Unit dari Sierra Leone 


Tha Small Boys Unit merupakan salah satu kesatuan militer yang direkrut secara paksa oleh militan Revolutionasy United Front saat berlangsungnya perang saudara Sierra Leone tahun 1991 - 2002. Dalam perang saudara yang terjadi akibat perebutan penguasaan atas tambah berlian itu, 25 % di antaranya adalah anak-anak yang diculik paksa untuk dilatih sebagai tentara.


The Small Boys Unit

Lebih dari 10.000 orang anak usia 10 - 12 tahun yang telah menjadi anggota dari pasukan Small Boys ini. Meski mereka masih anak-anak, namun latihan dan didikan yang keras telah menjadikan mereka sebagai prajurit yang kejam, bahkan tak jarang mereka akan memotong atau mengiris tangan dari penduduk sipil yang membangkang. 

Small Boys Unit dipersenjatai dengan AK-47, karena selain memiliki bobot yang ringan, ukuran senjata ini sangat cocok untuk mereka sehingga dengan mudah bisa dikuasai. Akibat kekejaman dari pasukan anak-anak Small Boys Unit ini, Sierra Leone tercatat dalam sejarah sebagai negara dengan tingkat rata-rata penduduk cacat paling tinggi di dunia. 


4. The Sons of the Regment dari Uni Soviet 


Pada masa kejayaannya, militer Uni Soviet kerap mengadopsi anak-anak dari berbagai rumah yatim piatu di negaranya untuk direkrut sebagai prajurit. Anak-anak itu dikumpulkan dalam sebuah pasukan khusus yang bernama 'Sons of the regiment'. Diperkirakan anggotanya yang terdiri dari para anak-anak ini lebih dari 25.000 orang anak usia dibawah 16 tahun. Mereka itulah yang kelak dibawa bertempur di garis depan dalam Perang Dunia II , dan sebagian di antaranya bertugas sebagai peramedis. 



Salah satu kisah yang paling terkenal dari pasukan khusus ini adalah saat salah satu anggotanya yang bernama Maria I. Makarova yang saat itu berusia 13 tahun mendapatkan mendali kehormatan atas keberaniannya dalam perang mempertahankan kota Moskow yang dikenal dalam sejarah dengan "Battle of Moscow (1941-1942). Pada saat Mayor Jenderal Paniflov bertanya pada Makavora, "Nak, siapa nama kamu?," dengan tegas ia menjawab, "Aku bukan anak-anak, aku adalah prajurit." 


5. Divisi anak-anak SS-Panzer Hilter Jugend dari Jerman 

 
Pada waktu Nazi masih memegang kendali atas Jerman, pendoktrinan akan nilai dan keyakinan tentang kebesaran bangsa Arya telah ditanamkan sejak usia dini. Pada tahun 1943, Nazi membentuk sebuah kesatuan khusus yang terdiri dari anak-anak yang disebut dengan nama SS-PANZER DIVISION HITLER JUGEND. Kesatuan khusus ini memiliki anggota prajurit sebanyak lebih dari 10.000 anak-anak yang masih berusia dibawah 16 tahun. 




Meskipun usia mereka yang masih belia, namun karena pengaruh dan fanatisme terhadap Hitler begitu kuat, membuat mereka dikenal sebagai pasukan berani mati. Keberanian dari pasukan ini bahkan membuat tentara musuh terkagum-kagum, seperti tentara sekutu Inggris dan Kanda yang pernah berperang melawan mereka. 


Mereka digambarkan sebagai 'bertempur seperti serigala" yang apabila terkepung atau kalah dalam jumlahnya, maka mereka akan melakukan perlawanan dengan sangat habis-habisan sampai tak ada lagi yang tersisa.