Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Drakula, sang pemimpin yang haus darah

Dalam film-film tentang Drakula, sering diceritakan kalau mahluk ini gemar menghisap darah manusia dan bisa merubah dirinya jadi kelelawar.  

Namun sejarah menyebut kalau Drakula ini hanyalah seorang manusia biasa yang haus darah atau suka membunuh siapapun yang tidak disukainya. Berikut kisah Drakula sang pemimpin yang haus darah. 

Vlad III lhir pada tahun 1431 di Transylvania, sebuah daerah pegunungan yang sekarang masuk dalam wilayah Rumania. Sang Ayah, Vlad Dracul II, adalah seorang penguasa dari Wallachia, yaitu sebuah kerajaan yang terletak di sebelah selatan Transylvania. 

Pemberian nama Dracul ('Naga') pada Vlad II diberikan setelah induksinya ke Ordo Naga, sebuah ordo militer Kristen yang mendapat dukungan dari Kaisar Romawi Suci.

Transylvania dan Wallachia terletak di antara Kristen Eropa dan negeri-negeri Muslim dari Kekaisaran Ottoman, karena itu pula kawasan tersebut sering menjadi medan pertempuran, seperti saat pasukan Ottoman menyerbu ke wilayah barat Eropa. 


Drakula, sang pemimpin yang haus darah


Pada saat Vlad II melakukan pertemuan diplomatik dengan Sultan Murad II pada tahun 1442, Ia membawa serta anak-anaknya yang masih kecil, yaitu Vlad III dan Radu cel Frumos. Namun, pertemuan tersebut ternyata sebuah jebakan. Vlad II dan anak-anaknya ditangkap dan ditahan. Vlad II akhirnya dibebaskan, namun sebagai jaminan kesetiaan, anak-anaknya tetap berada di Ottoman. 


Vlad III Dracula
Vlad III Dracula
Dalam pengaruh Ottoman, Vlad III dan adiknya itu disekolahkan dan diajari dengan berbagai ilmu pengetahuan, filsafat dan seni.  Selain itu Vlad dididik di Kesatuan Yeniseri bersama adiknya, mereka belajar di sebuah kesatuan militer yang terbaik pada masanya. Pada saat itu, usia Vad masih 13 tahun, hanya selisih satu tahun dari Muhammad Al-Fatih ( anak Sultan Murad II) yang saat itu masih berusia 12 tahun.  Meski masih belia, namun Vlad sudah disumpah dalam Ordo Naga yang dibentuk untuk memerangi kaum Muslim, dan itulah yang menjadi niatnya karena sebenarnya ia sangat membenti Muhammad Al-Fatih dan Islam, walaupun sang adik, Radu kemudian masuk Islam dan kelak menjadi orang kepercayaan Al-Fatih. 

Namun, nasib keluarga Vlad lainnya justru lebih buruk. Ayahnya digulingkan dari kekuasaannya atas Wallachia oleh John Hunyad dari Hungaria, dan akhirnya tewas mengenaskan di rawa-rawa dekat Balteni, Wallachia pada tahun 1447. Sedangkan Mircea, kakak Vlad harus mengalami siksaan hingga matanya buta, dan dikubur hidup-hidup. 


Spekulasi sejarah menyimpulkan , peristiwa-peristiwa tragis yang menimpa keluarganya itulah yang membuat Vlad III Dracula (Dracula berarti 'anak naga') berubah karakter dan menjadi pemimpin pembunuh berdarah dingin. Yang jelas, tak lama setelah kematian keluarganya, ia kemudian diminta oleh Ottoman untuk menggantikan posisi ayahnya sebagai Raja di Wallachia.
Karena memang memiliki niat ingin menghancurkan Islam dan negara-negara Islam pada saat itu, Vlad III Dracula mulai melancarkan aksinya dengan berbekal bahasa Arab, Turki, dan ilmu militer  yang sudah ia kuasai dari Yeniseri. Vlad menyamar menjadi bagian dari kaum Muslim di setiap benteng-benteng kaum Muslim, lalu setelah diterima ia menghabisi benteng-benteng Islam di Rumania itu dari dalam! 


Vlad III Dracula

Tahun 1453, Kota Konstantinopel jatuh ke tangan Ottoman, seluruh Eropa merasa sangat terancam oleh Ottoman. Vlad mulai memimpin kekuatan untuk mempertahakan Wallachia dari setiap serangan. Pada 1456 ia berhasil memenangkan sebuah pertempuran dan mempertahankan kerajaannya. Sebuah legenda menyebutkan ia memenggal kepala lawannya, Vladislav II, dalam pertempuran satu lawan satu. 


Sebagai penguasa Kerajaan Wallachia, namun negerinya itu berada dalam keadaan hancur akibat perang. Selain itu konflik internal di pemerintahan antara dia dengan para bangsawan pun semakin memuncak. Dengan alasan untuk mengkonsolidasikan kekuasaan, Vlad mengundan ratusan bangsawan yang selama ini menentangnya untuk sebuah jamuan makan, dan di sanalah ia menikam para tamunya dan mereka yang masih hidup dihukum mati dengan cara penyulaan (impale/ tubuh yang ditusukkan pada tiang / besi).  Sejak saat itu, Vlad III Dracula mendapat gelar 'Tepes' atau 'The Impaler' yang berarti 'Sang Penyula' . Kekejaman cukup dikenal dan diakui oleh dunia.


Dan sejak saat itu juga, Vlad mulai merasa kuat dengan kerajaannya karena tidak ada yang berani lagi menentangnya. Pemerintahannya pun mulai dijuluki sebagai pemerintahan 'setan'. Bahkan puluhan pedagang Saon di Kronstadt yang pernah bersekutu dengan para bangsawan itu pun disiksa dengan cara yang sama pada tahun 1459. 


Dracula mulai memerangi setia kaum Muslim. Ia benar-benar memahami taktik dan strategi yang dikuasai oleh kaum Muslim berdasarkan hasil pengajarannya sewaktu di Yeniseri. Dalam sebuah kesempatan ia berhasil mengalahkan dan membantai 1000 pasukan Muslim, dan kemudian menyulanya. Hamza Bey, seorang komandan dari pasukan ini ditempatkan ditengah hutan, tubuhnya ditusukkan pada tiang kayu paling tinggi sebagai simbol.


Salah satu pemerintahan yang selalu menjadi beban pikiran Vlad adalah Ottoman. Ketika utusan diplomatik Ottoman menemui Vlad di tahun 1459, para diplomat itu menolak untuk melepas topi mereka. Meski memuji ketaaat beragama mereka, Vlad memastikan topi mereka selalu berada di kepala mereka selamanya dengan memakunya ke kepala para diplomat tersebut. 


Dalam salah satu kampanye militer dari banyak kampanye militernya yang sukses melawan Ottoman, Vlad menulis kepada sekutu militernya di tahun 1462, “Aku telah membunuh petani, pria dan wanita, tua dan muda, yang tinggal di Oblucitza dan Novoselo, di mana Danube mengalir ke laut … Kami membunuh 23.884 orang Turki, tanpa menghitung mereka yang kita dibakar di rumah-rumah atau yang kepalanya dipotong oleh tentara kita … Jadi, yang Mulia, Anda harus tahu bahwa saya telah melanggar perdamaian. ” 


Kemenangan Vlad atas Ottoman dirayakan di seluruh Wallachia, Transylvania dan juga di seluruh Eropa, bahkan Paus Pius II pun merasa terkesan dengan kemenangan Vlad atas negara Islam tersebut.  

Namun, Vlad juga mendapat reputasi yang buruk ketika dalam satu kesempatan ia dikabarkan tengah makan malam dengan santainya di antara para prajurit musuh yang sedang menggeliat meregang nyawa karena mengalami penyulaan di tiang-tiang. Sebuah cerita yang beredar dari mulut ke mulut saat itu menyebutkan bahwa Vlad III Dracula mencelupkan roti dalam darah korbannya.


Jumlah total seluruh korban Vlad adalah sekitar 80.000 orang yang dibunuhnya melalui berbagai cara, termasuk 20.000 orang di antaranya disiksa dengan cara disula dan dipamerkan di luar kot Targoviste. Pemandangan tersebut cukup mengenaskan dan begitu menjijikkan sehingga Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) , memutuskan untuk berbalik dan mundur ke Konstantinopel setelah melihat ribuan mayat membusuk dari pembantaian Vlad yang beberapa tengah dimakan oleh burung-burung pemakan bangkai. 



Beberapa waktu kemudian Sultan Mehmed II menugaskan Radu Cel Frumos adik dari Vlad III Dracula untuk memimpin 90.000 pasukan guna menghentikan Dracula. Menurutnya, srigala harus dilawan dengan srigala, Mehmed II mengerti betul bahwa Radu adalah orang yang tepat, karena wilayah Rumania hanya bsia dipahami oleh orang aslinya. 



kastil drakula

Radu Cel Frumos yang dijuluki 'si tampan' (The Handsome) ini telah memeluk Islam dan menjadi pemimpin pasukan khusus Yeniseri. Radu kemudian membawa pasukannya yang berjumlah 90.000 orang menembus hutan dan tanah berbukit di Rumania untuk menyerang kakaknya Dracula yang bertahan di bentang 'Poenari' miliknya. 


Petempuran tersebut sangat tidak mudah, apalagi Cetatea Peonari (Benteng Poenari) berada di tanah yang terjal dan sulit ditembus. Puncak serangan Radu terjadi pada malam hari yang kemudian dikenal sebagai 'Atacul d Noapte' atau ' The Night Attack'.   


'Atacul d Noapte

Dalam peristiwa tersebut, Radu menggantikan Dracula sebagai pemimpin Wallachia setelah berhasil mengalahkannya dalam pertempuran. Sedangkan Dracula yang kalah perang, kemudian melarikan diri dan meminta perlindungan pada John Hunyad. Dracula menghabiskan sisa hidupnya dibawa perlindungan orang yang telah membunuh ayahnya.


Pada tahun 1475, Vlad kembali mempersiapkan pasukannya untuk merebut kembali Wallachia dengan bantuan pasukan dari Transylvania dan Hungaria. Waktu itu, adik Vlad, Radu sudah meninggal beberapa tahun sebelumnya, sehingga kekuasaan Wallachia diambil alih oleh Pangeran Basarab dari Turki. 


Ketika pasukan Vlad tiba, Pangeran Basarab dan pasukannya menyelamatkan diri dan mencari perlindungan ke Turki dan sebagian kawasan lain di pegunungan tersebut. Kemudian Vlad pun kembali mendapatkan kekuasaannya itu dengan mudahnya. 


Setelah dianggap sukses membawa Vlad menjadi penguasa Wallachia kembali, para pasukan dari Transylvania dan Hungaria kemudian ditarik kembali ke negerinya masing-masing, meninggalkan Vlad dalam posisi yang sangat lemah. 


Setelah tidak kurang dari dua bulan bertahan dengan tahtanya itu dan menyatakan pemerintahan ketiga pada tanggal 26 November 1476, datanglah pasukan besar dari Turki yang ingin menempatkan Pangeran Basarab kembali di atas tahta Wallachia. Vlad yang hanya memiliki kurang dari 4000 pasukan kemudian terpojok, dan akhirnya tewas dalam pertempuran tersebut.
Disebutkan bahwa setelah terbunuh, kepala Vlad kemudian dipenggal dan dikirim ke Ottoman sebagai piala kemenagan yang digantung di atas gerbang kota. Sedangkan tubuhnya kemudian dikuburkan di Comana, yaitu sebuah biara yang pernah didirikan oleh Vlad pada tahun 1461. Kelak biara ini kemudian dihancurkan dan dibangun kembali pada tahun 1589. Namun pada abad ke-19 sejarawan Rumania dengan mengutip sebuah 'tradisi' dan tanpa bukti-bukti yang kuat menyebut bahwa Vlad dikuburkan di Snagov, biara yang terletak di sebuah pulau dekat Bucharest. 


Abad pertengahan mungkin berisi catatan sejarah yang penuh kekerasan dan kekejaman. Ambisi, kekuasaan, konspirasi, konflik, dan balas dendam menghiasai dunia pada abad pertengahan. Vlad III Dracula mungkin hanya akan menjadi catatan kaki belaka dalam sebuah buku sejarah, kalau saja William Wilkinson, seorang konsul Inggris untuk Wallachia tidak menulis sebuah buku pada tahun 1820 yang diberi judul “An Account of the Principalities Wallachia and Moldavia: Dengan berbagai Pengamatan Politik yang Berkaitan dengan Mereka”. Wilkinson menggali sejarah daerah tersebut, dan menyebutkan panglima perang terkenal Vlad Tepes.  


Bram Stoker yang sama sekali tidak pernah mengunjungi tanah air Vlad, diketahui telah membaca buku karya WIlkinson tersebut, dan terinspirasi untuk menciptakan karakter fiksi " Dracula" yang suka menghisap darah dan bisa merubah dirinya menjadi kelelawar. 


Sejak saat itulah, Dracula identik dengan kelelawar dan mahluk penghisap darah.