Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pandangan ilmuwan tentang Nabi Musa yang membelah lautan

Sebagai umat beragama, kita pasti sering mendengar kisah tentang para Nabi Utusan Allah yang diberkahi dengan mukjizat. Salah satunya adalah Nabi Musa A.S yang atas seizin Allah, laut merah yang cukup luas itu pun terbelah menjadi dua sampai menyisakan bagian dasarnya saja yang bisa digunakan oleh Nabi Musa dan Umatnya untuk menyeberangi lautan tersebut. 

Namun apa yang telah dikisahkan melalui Al Quran dan kitab-kitab suci ternyata dipandang lain oleh para ilmuwan. Seorang pakar kelautan asal Amerika mengaku tahu rahasia bagaimana Nabi Musa membelah laut Merah untuk menyelamatkan umatnya dari kejaran tentara Firaun yang marah.  Menurut Bruce Parker, seorang Profesor di Stevens Institue of Technology New Jersey, Nabi Musa tidak mengandalkan mukijzat dari Tuhan untuk membelah lautan, tapi menurutnya Nabi Musa mungkin menggunakan pengetahuannya tentang pasang surut air laut saat memimpin umatnya untuk menyebrangi Laut Merah.

Kisah Nabi Musa


Parker yang pernah menjadi kepala ilmuwan National Ocean Service di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat itu memuat tulisan di Wall Street Journal, bahwa Nabi Musa menggunakan pengetahuannya tentang pasang surut untuk memastikan orang-orang yang bersamanya bisa menyeberang dengan selamat. 



Selain Parker dengan teorinya itu, sebelumnya juga pernah ada teori yang menyebutkan bahwa terbelahnya Laut Merah adalah akibat Tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi. Para ilmuwan sempat berpegang pada teori tersebut lantaran sebelum tsunami terjadi, biasanya perairan di sepanang pesisir akan surut, sedangkan teori lain yang pernah mengemuka adalah air kembali ke danau atau sungai karena hembusan angin kencang selama berjam-jam. 


Bahkan Parker pun membantah teori air surut akibat gempa, karena menurutnya jika itu yang terjadi maka air lautan akan kembali dalam waktu 20 menit, dan waktu yang cukup singkat itu tidak akan cukup bagi Nabi Musa dan umatnya untuk menyeberangi dasar laut yang kering. Lokasi tempat Nabi Musa menyeberangi diduga berada di Teluk Suez, di ujung utara Laut Merah, dan Nabi Musa juga mendapat  pemberitahuan lebih dahulu dari Tuhan bahwa akan terjadi gempa bumi dan tsunami.


Menurut Parker seperti dilansir Daily News, Nabi Musa terbiasa hidup di gurun, karena itu ia memiliki pengetahuan soal pasang surut Laut Merah hanya dengan melihat bulan. Pengetahuan itu tidak dipunyai oleh para tentera FIraun yang tinggal di sepanjang sungai Nil, yang terhubung ke Laut Mediterania yang tidak memiliki pasang surut yang unik. 


“Mengetahui kapan surut akan terjadi, berapa lama dasar laut akan tetap kering dan kapan air akan naik kembali, Nabi Musa bisa merencanakan pelariannya bersama orang-orang Israel,” tulis Parker.


Saat terjadi peristiwa pengejaran oleh Firaun dan tentaranya, bulan purnama penuh muncul dan air laut berada pada titik terendah sehingga dasar laut bisa tetap kering selama berjam-jam. Hal tersebut cukup memberikan waktu yang cukup lama bagi Nabi Musa dan pengikutnya untuk segera menyeberang. Jika memang demikian, maka itu artinya Nabi Musa telah memiliki perhitungan yang sempurna, karena bisa memprediksi kapan air akan segara naik dan menenggelamkan pasukan Firaun di belakang mereka. 


Pandangan ilmuwan tentang Nabi Musa yang membelah lautan


Bantahan mengenai mukjizat Nabi Musa yang menggunakan tongkatnya untuk membelah Laut Merah juga pernah diungkapkan oleh seorang sejarawan kuno bernama Artapanus yang hidup antara 80-40 SM dengan mengatakan bahwa Musa menunggu air surut dan memimpin orang-orang menyeberang lautan saat dasarnya kering. 


Kembali lagi semua tergantung pada kepercayaan dan keyakinan kita, Karena sebagai umat muslim kita tentu lebih percaya kitab-kitab suci yang menyebutkan bahwa Nabi adalah orang manusia pilihan Alah yang  telah dikaruniai dengan Mukjijzat.