Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi unik berbagi istri di India

Selama berpuluh-puluh tahun kepercayaan yang mengagungkan anak lelaki dan menolak kelahiran anak perempuan menjadikan ketimpangan dalam jumlah gender. Akibatnya sering terjadi praktik-praktik yang sangat bertentangan dengan moral, salah satunya yang menjadi tradisi adalah praktik berbagi istri dari suami ke para saudara-saudaranya. 

Tradisi unik berbagi istri di India



Praktik yang kemudian menjadi tradisi ini terjadi di wilayah utara India, tepatnya di distrik Baghpat, Uttar Pradesh, India. ketimpangan jumlah gender antara pria dan wanita menjadikan tradisi ini semakin terus berkembang dan masih dipraktekkan hingga kini. 

Dari sensus yang dilakukan pada tahun 2011, tercatat jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan tercatat kurang dari 858 dari 1,000 lelaki. Sedangkan perbandingan yang pantas menurut rasio nasional adalah 940 wanita per 1,000 lelaki. 


Kelahiran bayi perempuan di daerah ini tercatat hanya sedikit dibanding kelahiran anak lelaki. Selama tahun 2011 saja bayi perempuan yang lahir tercatat hanya berjumlah 837 kelahiran, sementara pada tahun 2001 jumlahnya pernah mencapai 850 kelahiran.  Menurut keyakinan mereka, kelahiran bayi lelaki bisa membawa keberuntungan dan berkah kepada orang tuanya, dan itu pula yang menjadikan tradisi unik ini terus berlangsung hingga kini.


Seorang suami yang mempunyai beberapa orang saudara lelaki, maka ia akan merelakan istrinya 'dipinjam' untuk 'dipakai' oleh mereka. Jika si istri menolak, biasanya akan terjadi kekerasan yang dilakukan oleh sang suami. Hal ini pula yang diungkapkan oleh Munni (40 tahun) yang harus rela berbagi dengan tiga orang pria dari keluarga suaminya.


Munni bukan pelacur, ia hanyalah seorang ibu rumah tangga seperti istri-istri lain yang ada di dunia. Bedanya, Munni selain harus melayani sang suami, Munni juga harus mau melayani dua adik iparnya yang tidak beruntung mendapatkan istri untuk mereka. Bukan karena sulit jodoh, tapi karena sedikitnya perempuan di daerah tersebut.


Sebagai 'istri pinjaman', Munni juga harus bisa memuaskan mereka semua. "Suami saya dan orang tuanya menyuruhku untuk melayani dua adik ipar, siang dan malam dan kapanpun mereka mau, Jika kau menolak bisa dipukuli," ungkap Munni yang sudah memiliki tiga orang anak dari ketiga suaminya kepada Reuters. 


Munni bukan satu-satunya wanita yang harus mengalami nasib nahas, harus merelakan cintanya dan tubuhnya terbagi tiga pada satu keluarga. Masih banyak Munni-Munni lain di kawasan ini. Menurut para pekerja sosial yang kini membantu Munni, tradisi seperti ini masih terus berlangsun. Pemicunya adalah berkurangnya jumlah penduduk wanita lantaran maraknya praktik aborsi yang dilakukan pada janin perempuan.