Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inilah Alexandra, istri favorit King Suleiman yang penuh intrik

Perjalanan sejarah Ottoman yang diperintah King Suleiman tidak terlepas dari sosok perempuan Eropa nan cantik yang menjadi istri favorit sang sultan.  Siapa nama asli perempuan tersebut tidak banyak orang yang tahu, namun sejarah mencatat namanya adalah Anastasia Lisowka atau Alexandra Lisowka, tapi sering dikenal juga dengan nama La Rossa atau Roxelana. Setelah masuk Islam dan menjadi istri Sultan, Alexandra berganti nama menjadi Hürrem Sultan. Inilah profil lengkap Alexandra istri favorit King Suleiman. 





Menurut sejarah, Alexandra adalah wanita yang paling berpengaruh di Kerajaan Ottomam. selain itu ia pun termasuk istri Sultan yang paling terkemuka. Dia adalah "Haseki Sultan" (istri kepala Sultan) ketika suaminya, Suleiman I, memerintah sebagai sultan Ottoman. Dia mencapai kekuasaan dan mempengaruhi politik Kekaisaran Ottoman melalui suaminya dan memainkan peran aktif dalam setiap urusan pemerintahan. 


Alexandra yang memiliki julukan Haseki Hürrem Sultan atau Hürrem Haseki Sultan, dan nama lain Roxolena, Roxolana, Roxelane, Rossa, Ružica yang di Turki berarti Hürrem (dari bhs Persia: خرم‎ Khurram, "yang bergembira"); sedangkan di Arab dikenal sebagai Karima ( كريمة‎, "yang mulia").  


Alexandra dalam serial King Suleiman

Kehidupan Alexandra sendiri tidak begitu banyak diketahui, informasi mengenainya terbatar seputar dirinya yang asli Polandia, Rusyn atau Ukraina. Pada pertengahan abad ke-16, duta besar Lithuania di Khanat krime, Mikhalon Lytvyn dalam sebuah komposisi 1548-1551 menulis  "Tentang kebiasaan Tatar, Lithuania dan Moskow", dalam deskripsinya ia menyebut tentang sosok Aleandra yaitu ".. istri yang paling dicintai sang kaisar Turki pada saat ini - ibu primogenital [anak] nya yang akan memerintah setelah dia diculik dari tanah kami.." 


Namun pada akhirabad ke-16 dan abad ke-17 penyair Polandia Samuel Twardowski (wafat tahun 1661) yang meneliti tentang Alexandra di Turki menemukan fakta bahwa Hurrem itu adalah anak dari seorang pendeta Ortodoks Ukraina, ia lahir di kota RohatyÅ„, 68 km sebelah tenggara Lviv, kota utama di Provinsi Ruthenia dari Kerajaan Polandia (sekarang Ukraina Barat). Pada tahun 1520-an, Tatar krimea menangkapnya dalam sebuah serangan, dan membawa Alexandra sebagai budak dan akhirnya menjadi istri Sultan.  


ALexandra yang sering mendapat perhatian istimewa dari sang Sultan itu ternyata membuat cemburu istri Sultan yang lain, tidak hanya itu saja pengaruh Alexandra terhadap Sultan cukup besar, ia merawat sebagian besar anak-anak Sultan dan akhirnya dibebaskan sebagai budak dan menjadi istri sah dari sang Sultan. Seorang budak yang kemudian menjadi selir dan kemudian menjadi istri sah tersebut sempat menuai kontroversi karena dianggap melanggar tradisi Ottoman yang sudah berjalan selama dua abad. 




Di istana Istanbul, Alexandra menjadi saingan yang sangat berpengaruh untuk Mahidevran, istri Sultan yang lain. Alexandra melahirkan putra pertamanya yang bernama Mehmed pada tahun 1521 (wafat tahun 1543) dan empat orang anak laki-laki lainnya.  Alexandra yang memiliki anak lebih banyak dari istri yang lainnya (Mahidevran hanya punya satu anak), membuatnya menjadi istri favorit dan menyandang status tertinggi dari istri Sultan yang lainnya. 


Hal tersebut semakin membuat Mahidevran sangat benci kepada rivalnya itu, terlebih ibunda Suleiman AyÅŸe Hafsa menekan persaingan antara dua wanita ini tapi setelah kematiannya pada tahun 1534,   terjadi perkelahian antara Mahidevran dengan Alexandra, dalam kejadian tersebut Alexandra dikalahkan dengan banyak luka dan lebam di wajah dan tubuhnya. Peristiwa tersebut membuat marah Suleiman yang akhirnya memutuskan untuk mengirim Mahidevran bersama anaknya ke mengalahkan Hürrem. Hal ini membuat marah Suleiman, yang kemudian mengasingkan Mahidevran bersama anaknya, Åžehzade Mustafa, ke Manisa. 

Walaupun Mahidevran sebagai istri tertua Sultan tidak menjalankan peran publik secara resmi namun ia telah mencegah Alexandra untuk memiliki pengaruh politik yang kuat. Sejak kekaisaran mengalami kemunduran,hingga masa pemerintahan Ahmed I pada 1603-1917, banyak persaingan, kerusuhan, dan pemberontakan yang melibatkan para pangeran, dan pada saat itu Alexandra mulai menggunakan pengaruhnya untuk menghabisi orang-orang yang mendukung pengambilalihan tahta kekaisaran oleh Mustafa. 


Dalam perebutan kekuasaan yang dihasut oleh Alexandra, Suleiman menemukan Ibrahim terbunuh (1536) dan mengganti posisinya dengan anak angkatnya, Rustem Pasha (Wazir Agung 1544-1553 dan 1555-1561). Bertahun-tahun kemudian, menjelang akhir pemerintahan Suleiman, persaingan antara anak-anaknya menjadi jelas. Selanjutnya, kedua Hürrem Sultan dan patih Rustem Pasha berbalik melawan Suleiman Mustafa dan Mustafa dituduh menyebabkan kerusuhan.


Selama masa perlawanan melawan Safawi Persia pada tahun 1553, karena takut pemberobtakan, Sultan Suleiman memerintahkan untuk menghukum mati anaknya Mustafa atas tuduhan melakukan perencanaan untuk menjatuhkan tahta ayahnya. Meski tidak terbukti, namun Mustafa tetap dihukum mati, dan hal itu membuat Mahidevran kehilangan statusnya di istana (sebagai ibu dari pewaris) dan akhirnya pindah ke Bursa dan hidup penuh kesengsaraan di sana. Selama itu, ia hidup dalam kemiskinan, namun kemudian anak tirinya Selim II, sultan baru yang memerintah setelah 1566 mempekerjakannya.


Setelah Raja Suleiman menghukum mati anaknya, pada bulan Oktober 1553 muncul ketidakpuasan dan kerusuhan di antara tentara yang menyalahkan Rustem Pasha atas kematian Mustafa. Akibatnya Suleiman memecat Rustem dan menunjuk Kara Ahmed Pasha sebagai panglima di bulan yang sama. Namun dua tahun kemudian, Kara Ahmed Pasha menjadi korban fitnah keji yang dilakukan oleh Alexandra yang ingin Rustem tetap menjadi panglima. Kara Ahmed Pasha mati dicekik pada bulan September 1555, dan setelah itu Rustem Pasha kembali diangkat menjadi panglima (1555-1561).


Suleiman juga memungkinkan Alexandra untuk tetap bersamanya di pengadilan untuk sisa hidupnya, melanggar tradisi lain-bahwa ketika ahli waris kekaisaran datang usia, mereka akan dikirim bersama dengan selir kekaisaran yang melahirkan mereka untuk mengatur provinsi terpencil Kekaisaran.  Alexandra juga bertindak sebagai penasihat Suleiman pada urusan negara, dan tampaknya memiliki pengaruh terhadap urusan luar negeri dan politik internasional. 


Kharisma Alexandra 


Diluar tindakannya dalam berpolitik, alexandra banyak terlibat dalam beberapa karya besar bangunan yang umum, mulai dari Mekah hingga Yerusalem. Bahkan membangun yayasan amal yang sama dengan yang dimiliki oleh permaisuri Zubaida dari khalifah Harun al-Rasyid. 

Di antara yayasan pertamanya adalah Masjid, dan dua sekolah Al-Quran (semacam madrasah), air mancur, dan sebuah rumah sakit khusus perempuan yang dibangun dekat pasar budah perempuan (Avret Pazary) di Kontantinopel. 

Haseki Hurrem Hamami
 
Dalam kesempatan itu, Alexandra mendirikan tempat pemandian Haseki Hurrem Hamami untuk melayani para jamaahnya yang berada di dekat Hagia Sophia. Di Yerusalem ia mendirikan sebuah dapur umum yang bernama Haseki Sultan Imaret yang akan memberi makan orang-orang miskin dan yang membutuhkan. 

Kematian Alexandra


Alexandra wafat pada 15 April 1558, dan dimakamkan di makam berkubah dengan dekorasi ubin Iznik yang indah yang menggambarkan suasana taman surga sebagai penghormatan. Makamnya tidak jauh dari makam Suleiman yang memiliki struktur dan dekorasi kubah yang sangat indah. Makam keduanya itu terletak di Masjid Raya Sulaimaniah.


Makam King Suleiman, Makam Raja suleiman, makam sultan suleiman
Masjid Sulaimaniah dan Makam Raja Suleiman
Dekorasi makam Alexandra

Makam alexandra
Makam alexandra

 
Komplek Masjid Sulaimaniah