Ditemukan bakteri yang bisa membantu berhenti merokok
Merokok tidak baik untuk kesehatan, hal itu sebenarnya sudah diketahui oleh para perokok, tapi kebanyakan dari mereka kesulitan untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Untuk membuatnya lebih mudah, para peneliti mempunyai alternatif lain yaitu memanfaatkan bakteri pemakan nikotin untuk membantu mereka yang ingin berhenti merokok.
Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Dr Kim Janda dari Scripp Research Institute di California memanfaatkan bakteri untuk mengembangkan obat anti rokok.
Dalam jurnal ilimiah yang diterbitkan dalam Journal of the American Chemical Society, para peneliti mengklaim telah sukses menurunkan kadar nikotin dengan menggunakan bakteri tanah yang disebut Pseudemonas putida.
Nikotin merupakan kandungan berbahaya dari rokok yang menempal pada paru-paru, nikotin ini lah yang kemudian merusak sel-sel di paru-paru dan memberi dampak buruk pada organ-organ tubuh lainnya.
Sebelumnya para perokok yang ingin berhenti merokok akan menggunakan beragam cara yang bisa membuatnya berhenti merokok, misalnya menggunakan bantuan farmakologis seperti menggunakan permen atau produk pelepas nikotin yang dirancang untuk menggantikan rokok, atau obat-obatan lainnya. Namun adiktivitas akan terus berlanjut, selain itu tingkat keberhasilannya pun cenderung lebih rendah. Hanya 15 - 30 persen pera perokok yang mencobanya mampu berhenti merokok selama satu tahun.
Solusi baru memanfaatkan bakteri pemakan nikotin Pseudomonas putida ini bisa menjadi cara alternatif yang cukup efektif untuk berhenti merokok. Bahkan tim peneliti di TSRI sangat yakin kalau solusi baru ini bisa berfungsi pada 80 - 90 persen perokok. Terapi enzim ini akan mencari dan menghancurkan nikotin sebelum mencapai otak, sehingga mencegah efek dari zat adiktif ini.
Dalam penelitian yang telah dilakukan selama lebih dari 30 tahun, para peneliti menggunakan enzim yang disebut NicA2 yang berasal dari Pseudomonas putida, semacam bakteri yang sudah diketahui mendegradasi tembakau.
Dari hasil percobaan, NicA2, protein yang mengandung flavin , berhasil merusak semua nikotin dalam sampel darah hanya dalam waktu 30 menit!.
Hal tersebut pun berlangsung tetap stabil selama lebih dari tiga minggu dalam larutan penyangga, setidaknya tiga hari dalam serum. Bahan tikus yang diberi enzim ini pun tidak menunjukkan reaksi efek samping.
"Kami telah melakukan profil kinetik pada enzim dan telah menemukan bahwa NicA2 memiliki banyak kualitas yang diperlukan untuk pemanfaatan terapi berhenti merokok, atau keracunan nikotin," ujar Dr Janda.
Kita tunggu saja, bagaimana hasil penelitian mereka bisa membantu para perokok aktif untuk berhenti merokok.
Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Dr Kim Janda dari Scripp Research Institute di California memanfaatkan bakteri untuk mengembangkan obat anti rokok.
Dalam jurnal ilimiah yang diterbitkan dalam Journal of the American Chemical Society, para peneliti mengklaim telah sukses menurunkan kadar nikotin dengan menggunakan bakteri tanah yang disebut Pseudemonas putida.
Nikotin merupakan kandungan berbahaya dari rokok yang menempal pada paru-paru, nikotin ini lah yang kemudian merusak sel-sel di paru-paru dan memberi dampak buruk pada organ-organ tubuh lainnya.
Sebelumnya para perokok yang ingin berhenti merokok akan menggunakan beragam cara yang bisa membuatnya berhenti merokok, misalnya menggunakan bantuan farmakologis seperti menggunakan permen atau produk pelepas nikotin yang dirancang untuk menggantikan rokok, atau obat-obatan lainnya. Namun adiktivitas akan terus berlanjut, selain itu tingkat keberhasilannya pun cenderung lebih rendah. Hanya 15 - 30 persen pera perokok yang mencobanya mampu berhenti merokok selama satu tahun.
Solusi baru memanfaatkan bakteri pemakan nikotin Pseudomonas putida ini bisa menjadi cara alternatif yang cukup efektif untuk berhenti merokok. Bahkan tim peneliti di TSRI sangat yakin kalau solusi baru ini bisa berfungsi pada 80 - 90 persen perokok. Terapi enzim ini akan mencari dan menghancurkan nikotin sebelum mencapai otak, sehingga mencegah efek dari zat adiktif ini.
Dalam penelitian yang telah dilakukan selama lebih dari 30 tahun, para peneliti menggunakan enzim yang disebut NicA2 yang berasal dari Pseudomonas putida, semacam bakteri yang sudah diketahui mendegradasi tembakau.
Dari hasil percobaan, NicA2, protein yang mengandung flavin , berhasil merusak semua nikotin dalam sampel darah hanya dalam waktu 30 menit!.
Hal tersebut pun berlangsung tetap stabil selama lebih dari tiga minggu dalam larutan penyangga, setidaknya tiga hari dalam serum. Bahan tikus yang diberi enzim ini pun tidak menunjukkan reaksi efek samping.
"Kami telah melakukan profil kinetik pada enzim dan telah menemukan bahwa NicA2 memiliki banyak kualitas yang diperlukan untuk pemanfaatan terapi berhenti merokok, atau keracunan nikotin," ujar Dr Janda.
Kita tunggu saja, bagaimana hasil penelitian mereka bisa membantu para perokok aktif untuk berhenti merokok.