Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita lain dibalik penggantian nama Kusno jadi Sukarno

Sangat sedikit orang yang tahu kalau Bung Karno sebenarnya pernah memiliki nama atau diberi nama Kusno oleh kedua orang tuanya. Dalam otobiografinya yang berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakjat Indonesia, Bung Karno menjelaskan perihal penggantian nama dari Kusno menjadi Sukarno. 

BUNG KARNO SUNGKEM

Dalam bukunya itu, Bung Karno menjelaskan alasan penggantian nama tersebut adalah karena dia yang sering sakit-sakitan, seperti terkena malaria dan disentri. Namun ternyata, ada cerita lain dibaik penggantian nama Kusno menjadi Sukarno, dan hal ini terungkap dalam sebuah buku berjudul Bung Karno Anakku, karya Soebagijo IN.

Dalam buku yang semula berjudul Pengukir Jiwa Soekarno terbitan tahun 1949 itu, Ibunda Sukarno, Idayu Nyoman Rai menceritakan perihal penggantian nama anaknya tersebut. 


Menurut Ida, penggantian nama itu muncul atas ide dari saudara perempuan Sukarno, yaitu Karsinah. Pada suatu hari, Karsinah bertanya kepada adiknya itu, "Kus, Kus.. bagaimana Kus, pendapatmu, apabila nama kita ini diganti saja?,"
 

"Mengapa diganti yu? Apa salahnya kita memakai nama Karsinah dan Kusno?"
 

“Saya rasa Kus, nama kita ini tidak begitu sedap didengar oleh telinga. Ayah kalau memanggil saya, Nah… Karsinah… Nah… Karsinah… Ah, tidak sedap nian di telinga. Dan apabila memanggil engkau: Kusss… Kus… Tikus atau bagaimana engkau itu?”

Kusno pun terdiam sejenak, ia tampak memikirkan usulan saudara perempuannya itu. Kemudian Kusno pun berkata," Saya pikir-pikir benar juga engkau ya, yu. Sebenarnya bagi saya sendiri juga tidak senang dipanggil Kus itu. Kus itu singkatan dari Tikus atau bagaimana? Atau singkatan dari ... kakus barangkali, Ah tidak... saya tidak mau lagi dipanggil Kus, walau oeh ayah atau ibu sekalipun.


Kemudian mereka berdua segera menyampaikan usulan penggantian nama kepada sang ayah, Raden Sukemi Sosrodihardjo. Uniknya, si ayah langsung menyetujuinya dan menyerahkan kepada mereka untuk memilih sendiri nama yang diinginkan. Akan tetapi sang ayah memberi isyarat: 


"Nah, hendaknya nama baru itu dimulai dengan huruf Jawa KA, sedang permintaanku kepadamu Kus, supaya nama yang akan engkau pilih itu dimulai dengan huruf Jawa SA dan akhirnya huruf NA." 


Tidak pernah ada orang menerangkan mengapa guru Sosro mengajukan syarat yang demikian itu,” tulis Soebagijo dalam bukunya. 


Setelah mempertimbangkan dengan matang, mereka berdua kemudian menghampiri sang ayah. Karsinah telah memilih nama Karmini, sedangkan Kusno memilih mengganti namanya mengganti Sukarno. 

“Ayah, nama yang saya pilih Su-kar-no! Sukarno, Pak, seperti nama adipati Awonggo, perwira yang sakti tiada tandingan itu ayah.”


Jadi, mulai saat sekarang ini Kusno sudah tidak ada?” tanya ibunya, Idayu Nyoman Rai.


“Tidak ada, Bu. Yang ada hanyalah Sukarno. Ini, Bu, Sukarno, anakmu laki-laki ini.”

sumber