Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bau ayam ternyata bisa cegah penularan malaria

Hidup di daerah tropis tentu harus siap menghadapi resiko penyakit-penyakit yang biasa muncul di daerah tropis, misalnya malaria. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles ini menjadi salah satu penyakit yang cukup umum ditemukan di wilayah yang berada sekitar khatulistiwa. 

Bau ayam ternyata bisa cegah penularan malaria

Tapi siapa sangka, untuk mencegah gigitan nyamuk betina yang terinfeksi parasit Plasmodium ini ternyata bisa dilakukan dengan bantuan seekor ayam!. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa bau ayam ternyata cukup efektif dalam melindungi manusia dari gigitan nyamuk pembawa malaria. 

Manusia yang terjangkit malaria akan mengalami beberapa gejala seperti demam, kelelahan, muntah-muntah, dan sakit kepala. Selain itu, dalam kasus terparah, malaria bisa menyebabkan kulit berwarna kuning, kejang-kejang, koma bahkan kematian. 

Ada banyak cara mencegah gigitan nyamuk malaria, salah satunya dengan menggunakan lotion anti nyamuk yang banyak dijual bebas. Namun, sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa bau ayam hidup bisa membantu mencegah malaria. 

Dalam penelitiannya itu, para ilmuwan mengamati perilaku jenis nyamuk pembawa malaria, Anopheles arabiensis di tiga desa di wilayah Ethiopia barat. Di daerah tersebut, penduduk biasanya berbagi tempat tinggal dengan ternak-ternak mereka. 

Para ilmuwan menemukan bahwa nyamuk cenderung memilih darah manusia ketimbang hewan, sedangkan ketika berada di luar ruangan, nyamuk akan secara acak memilih menghisap darah sapi, domba dan kambing.
Yang menarik dalam studi tersebut adalah bahwa nyamuk malaria tersebut ternyata akan menghindari ayam-ayam saat di dalam maupun di luar ruangan. Bahkan dalam penelitian sebelumnya ditemukan bahwa spesies nyamuk ini akan menghindari burung. 


Karena nyamuk-nyamuk Anopheles ini beroperasi dengan mengandalkan indera penciuman mereka ketika mencari mangsa untuk dihisap darahnya, para ilmuwan mengumpulkan rambut, wol, dan bulu-bulu dari hewan ternak seperti sapi, domba, kambing dan ayam yang ada di desa-desa tersebut. Mereka lantas mengidentifikasi senyawa batu atau aroma yang unik dari masing-masing hewan tersebut, dan melakukan penelitian bagaimana aroma ini dapat menolah nyamuk.

"Bau ayam berfungsi sebagai penolak nyamuk alami," kata RIckard Ignell, penulis senior peneitian yang juga ahli ekologi kimia di University of Agricultural Science di Swedia. 

Untuk mempertegas penelitian, para ilmuwan menempatkan relawan-relawan dalam tempat tidur berkelambu di dalam sebelas pondok berbeda yang masing-masingnya dilengkapi dengan perangkap nyamuk. Di pondok-pondok tersebut, para ilmuwan menambahkan aroma yang berbeda-beda dan mengumpulkan nyamuk-nyamuk yang terperangkap dalam semua pondok.

Hasil pengujian menemukan bahwa sangat sedikit sekali nyamuk yang terperangkap di dalam pondok yang sudah diberikan aroma ayam ketimbang pondok-pondok yang beraroma hewan lainnya. Hal yang sama juga terjadi ketika seekor ayam hidup dikurung dalam kandang kecil dan kemudian diletakkan di dalam pondok. 

Belum bisa dipastikan mengapa aroma ayam bisa menjadi penolak nyamuk-nyamuk pembawa malaria. "Mungkin saja karena darah ayam hanya memiliki sedikit nutrisi atau sulit dicerna oleh serangga," kata Ignell. Kemungkinan lain adalah unggas menimbulkan ancaman bagi nyamuk, sehingga serangga telah berevolusi untuk menghindarinya. 

Penyakit malaria memang tidak bisa dianggap remeh. Data dari WHO menyebutkan bahwa ada lebih dari 214 juta kasus malaria dengan 438.000 kematian yang disebabkan oleh malaria pada tahun 2015 lalu. 

Oleh karena itu, penelitian yang telah dilakukan para ilmuwan tersebut diharapkan bisa membantu melahirkan obat penolak nyamuk alami baru yang bisa membantu melindungi manusia dari malaria. 

Source: www.npr.org

Semoga bermanfaat