Kea si badut gunung yang menjengkelkan
Kea adalah burung yang hidup di dataran tinggi
Selandia Baru, ia merupakan sejenis burung betet gunung yang cukup
populer di negara asalnya. Karena keunikan dan ulahnya yang selalu
mengganggu dan membuat jengkel banyak orang itu, pada kali ini kita akan
membahas mengenai burung kea, si badut gunung yang menjengkelkan.
Ulah
menjengkelkan dari burung betet ini akan semakin menjadi terhadap para
pelancong yang sedang berkemah atau menginap di sebuah pondokan di
gunung yang kebetulan menjadi habitat mereka. Bisa anda bayangkan
setelah seharian berjalan menyusuri jalan-jalan di gunung, yang anda
inginkan pasti makan hingga kenyang lalu istirahat yang cukup untuk
melepas lelah di dalam pondokan atau tenda.
Namun tidak
bagi si kea ini, kelompok burung ini lebih memilih bersenang-senang
dengan bermain perosotan di atap seng atau besi dari pondokan. Mereka
akan hinggap di atap pondok lalu akan memulai permainan perosotan dengan
menggelosorkan tubuh dan kaki-kakinya melalui atap besi / seng yang
bergelombang. Bagi burung ini, suara berisik yang keluar dari garukan
cakar mereka terhadap atap besi / seng itu diibaratkan dengan musik.
Bahkan tak jarang mereka akan saling memekik riang sambil meluncur, lalu
kembali ke atas sambil mengepak-ngepakkan sayapnya dan mengulang aksi
konyol mereka itu.
Namun ternyata bukan hanya itu saja ulah
mereka, karena tak jarang juga burung-burung itu akan membawa batu
dengan paruh atau kakinya, lalu menggelindingkannya dari atas atap. Lalu
mereka akan mengintip apa reaksi orang dibawahnya dengan cara
bergelantung terbalik sambil melihat dari jendela.
Burung yang diberi nama karena suaranya yang berisik, kee-a
ini merupakan burung asli Selandia Baru, dan hanya terdapat di wilayah
pegunungan di South Island. Burung kea memiliki habitat di hutan-hutan
yang berada di puncak/paling atas hingga daerah terbuka. Sebagai burung
paruh bengkok, kea dikenal memiliki sifat omnivora, selain menyukai
buah-buahan, ia juga akan memakan serangga dan hewan lainnya. Ya,
dipertengahan tahun 1868 hingga 1907 banyak catatan-catatan mengenai
serangan burung kea terhadap domba peliharaan. Atas perilaku yang
ditunjukkan oleh burung kea ini, membuat Alfred Wallace mengutipnya
sebagai contoh perubahan perilaku daman bukunya Darwinism di tahun 1889.
Burung kea memiliki ukuran panjang 50 cm dengan bobot mencapai 1,2 kilogram, dengan tubuh yang berwarna hijau. Meski memiliki bulu-bulu dengan warna hijau yang sesuai habitatnya, namun burung ini bukanlah burung pemalu, mereka malah cenderung menonjolkan diri atau sering menampakkan diri jika melihat keberadaan orang-orang atau pelancong yang melintas di habitatnya. Burung kea termasuk burung yang pemberani, dengan pekikan khas dan sayap bawah yang berwarna kemerahan membuat burung ini tampak berbeda dari burung-burung lain yang terdapat di sana.
Burung
yang memiliki kegemaran terbang sambil bermain dan kejar-kejaran ini
dianggap sebagai burung tercerdas di dunia, dan karena kecerdasannya
itu, burung ini menjadi gemar bersenang-senang tidak seperti spesies
burung lain yang lebih cenderung memilih untuk bertahan hidup dengan
mencari makanan lalu berkembang biak.
Ulah
iseng dan nakal dari burung kea ini sudah dianggap sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari karakter mereka. Burung ini memang selalu merasa
penasaran dan akan menyelidiki apa pun yang dianggapnya baru atau yang
menurut mereka aneh di wilayah mereka. Mereka bukan hanya sekedar
mengamati saja, tetapi langsung melakukan tindakan untuk menguji benda
atau sesuatu yang baru menurut mereka.
Telah
banyak cerita-cerita para pelancong yang mengalami kesialan setelah
dikerjai oleh burung kea ini, biasanya mereka terlalu terbuai dan
terkagum-kagum oleh tingkah lucu dari burung-burung paruh bengkok ini.
Akibatnya banyak pelancong yang kemudian menyadari bahwa burung-burung
itu ternyata telah mencuri beberapa barang dan bahkan merusak peralatan
dan merobek-robek tenda mereka hingga menjadi serpihan-serpihan kecil
dengan paruh dan cakarnya yang kuar. Bahkan hanya dalam waktu sekejap,
kantong tidur atau bantal yang biasa dibawa oleh para pelancong akan
berubah menjadi serpihan kapuk yang bertebaran di sekitar perkemahan.
Tak
hanya disitu saja, jika burung ini melihar sesuatu yang bundar, maka ia
akan membawa lalu menggelindingkannya di lereng bukit terdekat. Dan apa
pun benda yang tampak mengkilap dan berkilauan misalnya sendok, jam
tangan, kompas, atau bahkan handphone akan menjadi rebutan mereka. Ulah
iseng lainnya adalah mereka akan mencuri benda milik para pelancong,
lalu akan menjatuhkannya dari tempat yang tinggi. Sepertinya burung ini
memiliki kegemaran melihat benda-benda yang meluncur jatuh.
Ulah
nakal dan isengnya yang menghibur itulah membuat burung kea ini
mendapat julukan si burung badut, meski begitu biasanya orang-orang yang
telah menjadi korban dari ulah burung ini tidak akan marah atau
berusaha untuk mengusir mereka, sebaliknya mereka justru merasa senang
bisa mengamati tingkah polah burung yang unik ini, sehingga burung ini
pun mendapat julukan lain yaitu monyet terbang dari Selandia Baru.
Pada musim salju itu, para pelancong biasanya diberikan informasi untuk segera menutupi mobil dan kendaraan mereka dengan jaring khusus. It lantaran ulah burung kea ini yang suka merusak penutup lampu dari kendaraan bermotor yang terbuat dari plastik, mereka juga akan merusak karet-karet yang terdapat pada list jendela, dan penyeka kaca mobil. Selain itu jika kaca mobil dibiarkan terbuka, jangan harap barang-barang anda akan aman karenanya.
Keunikan dan ulah iseng burung kea yang tidak akan ada satu pun orang yang akan marah atau membalas perlakuan burung ini tidak lepas dari status burung ini yang dilindungi pemerintah, lantaran sempat mengalami penurunan populasi yang cukup drastis akibat perburuan terhadap spesies burung ini yang dianggap menghambat pertanian dan memangsa domba-domba ternak para petani.
Pada tahun 1970, pemerintah Selandia baru mulai menetapkan status dilindungi untuk melindungi spesies ini dari kepunahan.
Itulah hal-hal unik dan menarik dari spesies burung yang dikenal dengan nama kea yang merupakan burung asli Selandia Baru. Semoga bisa menambah pengetahuan anda mengenai keunikan beberapa spesies burung di dunia.