Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Suku di Afrika ini gunakan kartu SIM dan tutup botol sebagai perhiasan

Masih ingat bagaimana lucunya film The Gods Must Be Crazy yang mengisahkan sebuah suku terpencil di Afrika yang tidak pernah mengenal peradaban manusia modern tiba-tiba dipusingkan oleh sebuah botol minuman soda yang jatuh dari langit, lalu kemudian mereka berusaha membuangnya hingga ujung dunia.   

Berbeda dengan kisah fiksi tersebut, Suku Dassanech di Ethiopia justru memanfaatkan sampah-sampah tersebut sbagai bagian dari aksesoris yang bisa membuatnya semakin menarik. 




Aneka macam sampah-sampah manusia modern seperti jam tangan, kartu Sim, sampai tutup botol dimanfaatkan oleh masyarakat suku ini menjadi barang-barang aksesoris yang bisa dikenakan seperti kalung, anting dan hiasan kepala. Bahkan salah satu dari mereka mengenakan kalung yang terbuat dari plastik suntik.  


Pemanfaatan sampah menjadi benda-benda yang dianggap berguna diketahui oleh seorang pelancong dari Prancis, Eric Lafforgue . Eric juga sempat mengambil beberapa gambar masyarakat Suku Dassanech saat melakukan perjalanan ke sejumlah lokasi di Ethiopia. 


“Saya suka pergi ke sejumlah tempat seperti pasar di mana semua suku datang untuk berdagang. Ini adalah tempat terbaik untuk menemukan hal-hal yang indah dan bertemu orang-orang baru. Semuanya memakai pakaian terbaik untuk mewujudkan imajinasi mereka,” kata Lafforgue.


Ethiopia sudah lama dikenal sebagai kota yang memiliki banyak bar yang tersebaran di beberapa lokasi dengan sampah-sampah botol yang menumpuk. Tak heran kalau tutup botol bisa ditemukan di berbagai tempat. 


Tutup-tutup botol itulah yang kemudian digunakan untuk dijadikan berbagai macam aksesoris dan perhiasan untuk dikenakan di atas kepala. Semakin banyak tutup botol digunakan maka mereka akan semakin percaya diri.  Selain menggunakan tutup botol, mereka juga cukup fashionable dengan memanfaatkan manik-manik tradisional yang kadang dilengkapi dengan bulu-bulu hewan. 


Eric menambahkan “Segala sesuatu yang berasal dari dunia modern memiliki potensi untuk dijadikan aksesoris. Ini adalah cara mereka untuk bersaing dengan kemajuan teknologi modern  yang tidak mereka rasakan,” ungkap Lafforgue. 


Sumber: Dailymail.co.uk