Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Legenda Gunung Tangkuban Perahu: Cinta terlarang Sangkuriang pada Dayang Sumbi

Cerita dan mitos gunung tangkuban perahu menjadi cerita rakyat turun temurun yang sangat masyur di kalangan masyarakat Sunda di Jawa Barat. Kisah ini menceritakan tentang keinginan seorang anak yang ingin memersunting ibundanya sendiri yang cantik jelita bernama Dayang Sumbi. 

Legenda Gunung Tangkuban Perahu



Dayang Sumbi dikisahkan sebagai seorang bidadari dari Kayangan yang tinggal di sebuah gubuk di tengah hutan bersama dengan seekor anjing setianya yang bernama Tumang. Pada suatu hari ketika Dayang Sumbi berniat untuk menenun, salah satunya alat yang biasa digunakannya menenun tidak bisa ditemukannya. 

Setelah mencari kemana-mana, alat tenun itu masih juga tidak ditemukan, sampai kemudian Dayang Sumbi pun berujar, " Siapapun yang bisa menemukan alat tenunku yang hilang dan mengembalikannya, jika ia pria maka akan kujadikan suamiku, dan jika ia perempuan akan menjadi saudaraku." 

Namun betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa yang menemukan alat tenunnya yang hilang itu adalah si Tumang, anjingnya yang setia. Suka tidak suka, Dayang Sumbi harus memenuhi janjinya untuk menikahi Tumang yang sebenarnya adalah seorang manusia yang telah dikutuk menjadi anjing oleh penyihir jahat. 

Dari pernikahannya dengan Tumang itu, Dayang Sumbi memperoleh seorang anak laki-laki yang diberinya nama Sangkuriang. Selama dalam perawatannya, Sangkuriang tumbuh menjadi seorang remaja yang gemar berburu hewan liar di hutan. Pada waktu berburu, Sangkuriang kerap ditemani oleh Tumang. Namun ia tidak pernah tahu kalau Tumang adalah ayah kandungnya. 

Suatu hari, Sangkuriang dan Tumang berangkat untuk berburu rusa. Namun tidak menemukan seekor rusa satu pun kecuali seekor babi hutan. Dari pada tidak membawa apa-apa, Sangkuriang pun berfikiran untuk memburu babi hutan tersebut. Ia pun menyuruh Tumang untuk membunuhnya. 

Namun Tumang tidak mau menuruti perintah Sangkuriang. Bukannya membunuh babi hutan itu, ia malah mengusirnya untuk menjauhi mereka. Tumang sebenarnya tahu kalau babi itu merupakan ibu dari Dayang Sumbi. Mendapati hal tersebut, Sangkuriang pun naik pitam, lalu membunuh Tumang dan mengambil hati si anjing malang tersebut. 

Sangkuriang membunuh Tumang


Kepada ibunya, Sangkuriang memberikan hati Tumang untuk dimasak. Selesai bersantap, Dayang Sumbi menanyakan keberadaan Tumang pada anaknya itu. "Dimana Tumang? Aku belum melihatnya lagi setelah engkau pulang dari berburu." 

Sangkuriang pun menjawab dengan santai pertanyaan ibunya, ' Bu, Tumang sudah aku bunuh karena tidak taat perintahku, hati yang tadi ibu makan adalah hati Tumang," 

Mendengar jawaban tersebut, sontak saja Dayang Sumbi marah lalu memukul kepala anaknya keras-keras seraya berkata, "Kau anak tidak tahu diri, keluar dari rumahku, beraninya kau membunuh ayahmu sendiri, keluar dari rumahku sekarang juga!!,"

Dengan kepala berdarah, Sangkuriang berlari masuk ke dalam hutan. Hari berganti hari dan tahun pun berganti tahun, Sangkuriang kini menjadi seorang pemburu dewasa yang tampan dan sangat terampil sehingga digilai oleh para wanita. Namun, Sangkuriang telah hilang ingatan akibat pukulan keras dari ibunya. Ia bahkan tidak ingat namanya sendiri. 

Pada suatu hari, ketika Sangkuriang tengah berburu di tengah hutan, ia berpapasang dengan seorang wanita yang sangat cantik yang membuat jantungnya deg-deg-seer. Sangkuriang jatuh cinta pada wanita tersebut dan berniat untuk melamarnya. Padahal wanita tersebut tidak lain adalah ibunya sendiri, Dayang Sumbi.

Sebagai seorang dewi kayangan, Dayang Sumbi tidak akan pernah tua, wajahnya akan terus bertambah cantik. Dan kali ini, Sangkuriang benar-benar tidak mengenali ibunya sendiri karena telah hilang ingatan dan terpengaruh oleh perasaan jatuh-cinta. Namun Dayang Sumbi masih ingat kepada anaknya sendiri dari bekas luka di kepalanya. 

Oleh karena mabuk cinta, Sangkuriang pun memutuskan untuk menikahi Dayang Sumbi. Namun demi mencegah terjadinya pernikahan terlarang antara ibu dengan anaknya, Dayang Sumbi meminta syarat yang sangat berat, yaitu minta dibuatkan perahu dan danau dalam satu malam sebagai hadiah pernikahan. 

Sangkuriang menyanggupi permintaan Dayang Sumbi. Dengan bantuan para jin dari hutan, danau dan perahu itu pun dapat rampung dalam satu malam saja. Mengetahu hal itu, Dayang Sumbi mengecoh para jin dengan menyuruh ayam-ayam untuk berkoko lebih awal agar mereka mengira kalau matahari sudah terbit. 

Ayam-ayam di seantero hutan pun berkokok saling sahut menyahut seolah-olah hari telah pagi, padahal matahari sama sekali belum terbit. Merasa telah gagal, Sangkuriang pun marah dan menendang perahu buatannya sampai terlempar jauh ke sebuah bukit dengan posisi terbalik, dan jadilah apa yang sekarang kita kenal dengan nama Gunung Tangkuban Perahu. 

Gunung Tangkuban Parahu