Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Meletusnya Gunung Salak dan Tragedi Batavia

Beberapa tahun setelah didirikan pada tahun 1619, Kota Batavia (Jakarta :Red)langsung dijuluki sebagai "Ratu dari Timur" atau "The Queens of the East". Pemberian julukan tersebut tentunya tidak asal-asalan, apalagi pada waktu itu kota Batavia sudah tertata dengan sangat baik, lengkap dengan kanal yang lebar serta airnya yang jernih. Hal itu pula yang menjadikan Batavia semakin banyak dikunjungi oleh para pelancong dari Eropa. 

Meletusnya Gunung Salak dan Tragedi Batavia


Banyak pendatang yang memuji-muji kebersihan kota Batavia, bahkan mereka mengatakan kalau air dari Sungai Ciliwung sebagai air paling bersih di dunia. Saking bersihnya, mereka tak segan-segan untuk meminumnya langsung dari Sungai tanpa perlu khawatir tercemar limbah. Banyak dari pendatang yang menyamakan Sungai Ciliwung dengan sungai-sungai yang ada di Eropa. Karena itu pula banyak pelaut yang mengambil air sungai ini untuk bekal air minum mereka.

Pada tahun 1688, Gunung Salak meletus. Dampak letusannya terasa sangat dahsyat. Pasir dari gunung ini sampai terbawa hingga ke Batavia. Akibat tertimbunnya Sungai Ciliwung oleh pasir dan lumpur akibat letusan tersebut membuat kualitas airnya pun menurun. Pendangkalan sungai pun terjadi yang disebabkan oleh pembuangan kotoran, sampah dan ampas tebu ke dalam Ciliwung. 

Sebelas tahu kemudian , yaitu tahun 1699 terjadi gempa besar yang berpusat di Jawa bagian barat. Kekuatan gempa itu cukup dahsyat sehingga merobohkan beberapa bangunan Istana Buitenzorg (Bogor :Red). Dampak dari gempa itu juga membuat kondisi Sungai Ciliwung semakin bertambah parah.
 
Sanitasi menjadi buruk, dan bau-bau busuk mulai tercium hingga ke kawasan pemukiman. Alhasil, muncullah wabah penyakit yang melanda seantero kota.
Karena kondisi yang kian memprihatinkan itu, Batavia telah berubah menjadi kota yang tidak sehat. Batavia mendapatkan julukan baru yaitu "Kuburan dari Timur" sebagai kebalikan dari "Ratu dari Timur" yang dahulu pernah disandangnya.
 

Sungai Ciliwung yang melintasi Plantentuin / Kebun Raya Bogor abad ke19

Perihal Gunung Salak ini, John Crawfurd pernah mengungkapkan dalam tulisannya: "..Sungai Ciliwung yang dialirkan melalui sebuah kota dengan kali-kali yang bagus, tidak lagi mengalir karena penuh endapan. Keadaan ini menimbulkan wabah malaria, yang terbawa oleh angin darat bahkan hingga ke jalan-jalan di luar kota.. "

Lebih lanjut, Crawfurd juga mengatakan, "Keadaan ini diperparah oleh serentatan gempa bumi hebat pada 4 dan 5 November 1599. Gempa tersebut mengakibatkan longsoran gunung, tempat pangkal sumber air sungai ini. Aliran airnya terpaksa mencari jalan baru dan banyak lumpur yang terbawa arus .. "  (Tempat-tempat bersejarah di Jakarta, 1997).

Menurut catatan naturalis Wallace (1823-1913), Gunung Salak merupakan sebuah gunung berapi yang puncaknya terpotong dan bergerigi. Dia mengagumi Gunung Salak saat melakukan kunjungan ke Buitenzorg pada tahun 1861. Menurutnya, pemandangan alam di sana sangat indah dan tanahnya sangat subur. 


Semoga bermanfaat