Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gemar menggambar bersama Pak Tino Sidin

Dari sekian banyak memorabilia yang dipamerkan di Taman Tino Sidin, Yogyakarta ada satu yang cukup menyita perhatian yaitu sebuah kuitansi pinjaman uang sebesar Rp 7 juta dari orang nomor satu Republik Indonesia kala itu, Presiden Soeharto. 


Gemar menggambar bersama Pak Tino Sidin

Kuitansi hutang-piutang itu berlaku selama satu tahun tanpa bunga, yang ditangatangani oleh si penerima pinjaman, Tino Sidin pada tanggal 20 November 1981 untuk peruntukkan penyelesaian rumah.  


Waktu itu, Tino Sidin memang lebih banyak bekerja di Jakarta. Namun ia masih belum memiliki rumah sendiri.  "Belum punya rumah sendiri, lucu ya! Padahal kenalan saya orang gede-gede," kata Tino Sidin dalam Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1981-1982.  Pinjaman yang diperolehnya dari Pak Harto itu kemudian ia gunakan sebagai uang muka demi mendapatkan kredit rumah. 


Tino Sidin lahir di Tebingtinggi, Sumatera Utara pada tanggal 25 November 1925 dari orangtua keturunan Jawa. Sejak kecil Tino Sidin sudah mempunyai bakat menggambar. Saat pendudukan Jepang, Beliau pernah menjadi kepala bagian poster di Kantor Penerangan Jepang di Tebingtinggi.
 

Setelah Indonesia merdeka, Tino Sidin merangkap sebagai anggota Polisi Tentara Divisi Gajah Dua Tebingtinggi, dan juga sebagai guru menggambar di SMP Negeri Tebingtinggi. Kemudian bersama Ismail Daulay, Tino Sidin mendirikan Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Medan pada 1945.
 

Dengan diiringi oleh dua orang sahabatnya, Nasjah Djamin dan Daoed Joesoef, Tino Sidin merantau ke Yogyakarta. Di Yogya mereka bergabung dengan Seniman Indonesia Muda, dan membuat berbagai poster-poster perjuangan. 

Ia juga sempat bekerja sebagai pegawai bagian kesenian di Kementrian Pembangunan Pemuda (1946-1948) lalu bergabung dengan Tentara Pelajar Brigade 17 (1946-1949). 


Tino Sidin sempat kembali ke kampung halamannya dan menetap di Binjai menjadi guru Taman Siswa Tebingting, selain itu beliau juga cukup aktif sebagai ketua Palang Merah Remaja Kabupaen Langkat serta sebagai ketua ASRI Binjai. 


Setelah beberapa lama, beliau kemudian kembali ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikannya di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta, Tino Sidin kemudian menidirikan Pusat Latihan Lukis Anak-anak (1969-1977). Sedangkan sahabatnya Daoed Joesoef diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 


Pada tahun 1978, Pak Tino Sidin ditawari untuk mengisi acara Gemar Menggambar di TVRI. Sejak itulah, pekerjaannya sebagai guru menggambar menasional hingga seluruh pelosok negeri.
 

Sejak tahun 1980, Tino Sidi menjadi penatar guru gambar untuk tingkat TK dan SD seluruh Indonesia. Program tersebut berjala di bawah Kementeria Pendidikan dan Kebudayaan. Bukan itu saja, bukunya "Gemar Menggambar" yang sebanyak 6 jilid itu kemudian disahkan menjadi buku pegangan guru SD di seluruh Indonesia. 

Popularitas Tino Sidin kian melambung, namanya banyak disebut-sebut sebagai guru gambar paling terkenal di Indonesia. Bahkan ketika ia dibawa oleh Daoed Joesoef meninjai Kalimantan Selatan, masyarakat setempat lebih mengelu-elukan Tino ketimbang sang menteri. 


Pupularitas Tino Sidin mulai dilirik oleh para sutradara demi mengangkat film produksi mereka. Ia pun pernah bermain dalam film Nakalnya Anak-anak (1980).  "Pernah nama awak dipasang segeda gajah di poster film, padahal awak hanya muncul lima menit saja di film itu," kata Tino.


Tino Sidin meninggal dunia pada tanggal 29 Desember 1995, dengan meninggalkan lima orang anak perempuan dari Nurhayati yang dinikahinya pada tahun 1950.

Satu hal yang masih tetap terbayang dalam ingatan adalah ucapan Pak Tino Sidin dalam acara Gemar Menggambar di TVRI  .. Ya Bagus .. Bagus ... 


Sumber dan referensi:
Historia.id
WIkipedia