Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Black Widow: dendamnya si janda hitam

Beberapa waktu yang lalu dunia dikagetkan dengan serangan bom yang terjadi di Stasiun kereta Volgograd di Rusia . Pelaku bom bunuh diri yang telah menewaskan lebih dari 14 orang itu di identifikasi seorang perempuan. Perempuan-perempuan ini dikenal dengan istilah " Black Widow " atau "Janda Hitam". Istilah ini kerap disematkan pada para janda kaum Jihadis yang gugur saat mereka beraksi. Dalam aksinya, para perempuan ini berusaha meneruskan perjuangan sang suami sekaligus sebagai upaya balas dendam mereka. Nah bagaimana sebenarnya sejarah dan kisah dari Black Widow ini, mari kita simak lebih lanjut disini. 





Sebelumnya padada bulan Oktober 2013 lalu, aksi bunuh diri yang dilakukan janda hitam juga terjadi di sebuah bus di Volgograd. Enam orang tewas akibat peristiwa ini. Sementara untuk di pengeboman bus belum jelas pelakunya.

Secara geografis, Kota Volgograd atau dulu bernama Stalingrad itu, berbatasan langung dengan Kaukasus Utara yang terletak di selatan Rusia itu. Pemerintah Rusia menduga kelompok garis keras di Kaukasus Utara itu sedang berupaya mengganggu pelaksanaan Olimpiade musim dingin yang akan berlangsung mulai 7 Februari 2014 di Sochi.

Di kawasan itu, sebutan "janda hitam" yang merupakan kaum perempuan yang sudah tak bersuami lagi dan mereka ini sering menawarkan diri menjadi pelaku bom bunuh diri.

Serangan bom bunuh diri oleh perempuan Kaukasus Utara yang dikenal di Rusia sebagai "janda hitam" itu, sudah sering terjadi. Tercatat, pada Maret 2010, bom bunuh diri oleh janda hitam di stasiun kereta api Moskow menewaskan lebih dari 35 orang. Lalu, serangan serupa pada Januari 2011 menewaskan 37 orang di Bandara Domodedovo, Moskow.

Janda Hitam atau biasa disebut black widow atau Shahidka pertama kali digunakan oleh pers Rusia. Istilah ini ditujukan untuk mengelompokkan para janda yang rela menjadi martir demi menuntut balas atas kematian suami-suami—belakangan diduga tidak hanya suami, tapi anggota keluarga—dalam serangan yang dilakukan oleh militer Rusia. Penyebarannya berada di wilayaha Chechnya, Dagestan, dan Ingushetia. Kesemuanya berada di Kaukasus Utara.

Menengok sedikit ke belakang, salah satu penyerangan paling diingat adalah yang dilakukan pada September 2004. Saat itu, dua perempuan, Roza Nagayeva dan Mairam Taburova terlibat dalam penyerangan di sekolah North-Ossetian, Rusia. Sebanyak 334 warga sipil tewas, 186 di antaranya adalah anak-anak.


Aksi pertama yang dilakukan organisasi ini terjadi pada tahun 2000 ketika Khava Barayev meledakkan dirinya di pangkalan militer Rusia yang berada di Chechnya.

Untuk kasus terbaru tersebut, web milik pemerintah RIA Novosti mengidentifikasi bahwa pengebom perempuan yang berasal dari Dagestan, bernama Oksana Aslanova. Dari data yang didapat, perempuan tersebut pernah menikah dua pria muslim berbeda, di mana keduanya tewas saat bertempur dengan tentara Rusia.

Sementara itu di kalangan sparatis Rusia sendiri, keberadaan Black Widow sangat dilematis. Ada kepercayaan di kalangan sparatis, janda yang ditinggal mati oleh suaminya adalah beban. Yang paling ironis adalah kepercayaan bahwa kematian suaminya adalah bentuk balasan terhadap dosa yang mereka (janda-janda) lakukan sebelumnya.



Oleh karena itu, menjadi martir bom bunuh diri adalah pilihan yang paling realistis. Beberapa pucuk kepemimpinan di Chechnya sejatinya tidak mengakui keberadaan kelompok ini, tapi di sisi lain, ada kabar yang mengatakan bahwa Panglima Perang Chechnya, Shamil Basayev sangat mendukung tindakan yang dilakukan oleh janda-janda “sakit hati” tersebut.

Menurut paparan yang dikeluarkan oleh National Consortium for the Study of Terorism and Responses to Terorism yang berbasis di Universitas Maryland, secar pribadi Shamil mengaku telah melatih 50-an anggota Black Widows dalam melancarkan aksi-aksi terornya.

Sumber: berbagai sumber