Bung Karno sosok presiden termiskin
Penulis buku “Fatmawati Sukarno, The First Lady” menuliskan pada
bagian ke-6 kalimat sebagai berikut: “Sukarno, mungkin satu-satunya
presiden termiskin di dunia. Semasa hidupnya, ia hanya memiliki satu
rumah di Batutulis, Bogor. Untuk melukiskan “kemiskinannya”, kepada
Cindy Adams, Bung Karno pernah bertutur, “Dan, adakah kepala negara lain
yang lebih melarat dari aku, dan sering meminjam-minjam (uang) dari
ajudannya?”….
Kita tentu harus melihatnya secara proporsional. Sebagai presiden, lazimnya tentu hidup dalam keadaan serba berkecukupan. Setidaknya, banyak hal yang menjadi beban negara. Meski begitu, kita juga mengetahui, bahwa selama menjabat, Bung Karno tinggal di istana. Istana negara milik negara. Bung Karno sendiri tercatat hanya memiliki sebuah rumah di Batu Tulis, Bogor. Rumah-rumah yang lain, ia belikan untuk istri-istrinya.
Sedangkan rumah Batu Tulis pun, selengsernya Bung Karno langsung disita Sekretariat Negara. Aneh. Entah atas dasar apa, rumah milik pribadi Bung Karno satu-satunya itu diambil oleh negara. Bahkan, Gubernur DKI Ali Sadikin, pernah memberi ebuah rumah dan sebidang untuk tinggal keluarga Sukarno.
Bukan hanya itu, semua harta pribadi milik Bung Karno yang ia
tinggalkan di Istana, saat ia “diasingkan” oleh rezim baru, sebatas
hanya didata, tetapi barang-barangnya raib entah kemana. Sungguh geram
jika melihat kenyataan itu. Sebuah rezim yang diawali dengan konspirasi
busuk bersama kekuatan asing, disusul oleh aksi menjarah harta mantan
presidennya…. Itulah pondasi Ode Baru.
Tidak berhenti sampai di situ. Anak-anak Bung Karno pun terkena getahnya. Mereka tidak pernah mewarisi harta Bung Karno yang berlebihan. Mereka juga harus bekerja untuk nenopang hidupnya. Guntur dipaksa berhenti sekolah, dan bekerja membantu ibunya. Mega, Rachma, Sukma hidup bersama suaminya. Mereka masih sering berkumpul di rumah ibunya, di Jl. Sriwijaya 26, Jakarta Selatan. Kehidupan Fatmawati sendiri jauh dari kemewahan, sekalipun ia janda presiden, mantan first lady negara ini.
Dan ini cerita nyata… menggambarkan betapa sederhananya keluarga mendiang Bung Karno. Manakala hujan turun deras, air masuk karena atap yang bocor. Beberapa bagian langit-langit rumahnya bahkan tampak rapuh dan rusak. Sebagai janda presiden, Fatmawati tidak menerima tunjangan barang sepeser. Ia, baru menerima tunjangan resmi pada Juni 1979, sembilan tahun setelah kematian Sukarno!
Lebih ironis, ketika tahun 1972, rumah di Jalan Sriwijaya harus ditinggalkan karena tak kuat menanggung biaya perawatan rutin. Fatma mengontrakan rumah itu. Rumah yang telah menemaninya dalam kesedihan dan kesepiannya. Uang kontrakan dipakai antara lain membiayai Guruh kuliah di Belanda. Fatma sendiri hidup bersama ibunya, Khadijah di Jalan Cilandak V, Jakarta Selatan, tak jauh dari lokasi yang sekarang terkenal dengan Rumah Sakit Fatmawati. Namun saat itu, jalan menuju rumahnya sempit dan berlumpur.
sumber: roso daras | wordpress
Kita tentu harus melihatnya secara proporsional. Sebagai presiden, lazimnya tentu hidup dalam keadaan serba berkecukupan. Setidaknya, banyak hal yang menjadi beban negara. Meski begitu, kita juga mengetahui, bahwa selama menjabat, Bung Karno tinggal di istana. Istana negara milik negara. Bung Karno sendiri tercatat hanya memiliki sebuah rumah di Batu Tulis, Bogor. Rumah-rumah yang lain, ia belikan untuk istri-istrinya.
Sedangkan rumah Batu Tulis pun, selengsernya Bung Karno langsung disita Sekretariat Negara. Aneh. Entah atas dasar apa, rumah milik pribadi Bung Karno satu-satunya itu diambil oleh negara. Bahkan, Gubernur DKI Ali Sadikin, pernah memberi ebuah rumah dan sebidang untuk tinggal keluarga Sukarno.
ISTANA BATU TULIS MILIK BUNG KARNO |
Tidak berhenti sampai di situ. Anak-anak Bung Karno pun terkena getahnya. Mereka tidak pernah mewarisi harta Bung Karno yang berlebihan. Mereka juga harus bekerja untuk nenopang hidupnya. Guntur dipaksa berhenti sekolah, dan bekerja membantu ibunya. Mega, Rachma, Sukma hidup bersama suaminya. Mereka masih sering berkumpul di rumah ibunya, di Jl. Sriwijaya 26, Jakarta Selatan. Kehidupan Fatmawati sendiri jauh dari kemewahan, sekalipun ia janda presiden, mantan first lady negara ini.
Dan ini cerita nyata… menggambarkan betapa sederhananya keluarga mendiang Bung Karno. Manakala hujan turun deras, air masuk karena atap yang bocor. Beberapa bagian langit-langit rumahnya bahkan tampak rapuh dan rusak. Sebagai janda presiden, Fatmawati tidak menerima tunjangan barang sepeser. Ia, baru menerima tunjangan resmi pada Juni 1979, sembilan tahun setelah kematian Sukarno!
Lebih ironis, ketika tahun 1972, rumah di Jalan Sriwijaya harus ditinggalkan karena tak kuat menanggung biaya perawatan rutin. Fatma mengontrakan rumah itu. Rumah yang telah menemaninya dalam kesedihan dan kesepiannya. Uang kontrakan dipakai antara lain membiayai Guruh kuliah di Belanda. Fatma sendiri hidup bersama ibunya, Khadijah di Jalan Cilandak V, Jakarta Selatan, tak jauh dari lokasi yang sekarang terkenal dengan Rumah Sakit Fatmawati. Namun saat itu, jalan menuju rumahnya sempit dan berlumpur.
sumber: roso daras | wordpress