Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Tugu Kujang sebagai pengganti tugu witepaal yang hilang

Sebelum tugu kujang berdiri, Kota Bogor sebenarnya pernah memiliki sebuah tugu yang tak kalah megahnya. Tugu buatan Belanda terebut dibangun di dekat pusat kota tidak jauh dari Istana Bogor. Sayang, karena dianggap sebagai simbol kolonialisme, tugu tersebut kemudian dihancurkan. Lokasi tempat tugu tersebut berada kini dikenal dengan kawasan Air Mancur. 

Sejarah Tugu Kujang



Beberapa tahun setelah diratakannya tugu peninggalan Belanda tersebut, atau tepatnya pada tanggal 4 Mei 1982, Walikotamadya Daerah Tingkat II Bogor saat itu, Ahmad Sobana membangun sebuah tugu megah di atas sebuah lahan seluas 25mx23m. Tugu dengan ketinggian 25 meter tersebut konon telah menghabiskan biaya hingga Rp 80 juta pada masa itu. 

Sebagai penanda budaya dan ciri khas Kota Bogor, di atas tugu tersebut terdapat sebuah simbol senjata tradisional khas masyarakat Sunda yaitu Kujang. Kujang adalah sebuah senjata yang sudah ada dan digunakan sejak abad ke-14 Masehi atau pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi. 

Pada awalnya, Kujang digunakan sebagai alat pertanian oleh masyarakat Sunda di masa lampau, namun setelah adanya penjajahan oleh bangsa asing, Kujang kemudian digunakan sebagai salah satu senjata untuk melakukan perlawanan. 

Untuk menghormati sejarah Kujang sebagai senjata pusaka peninggalan leluhur, maka di atas tugu yang megah itu terdapat sebuah ornamen Kujang yang beratnya mencapai 800 kg dan tinggi 7 meter serta dilapisi dengan stainless stell, tembaga dan kuningan. 

Sebelum tahun 2014, masyarakat Kota Bogor masih bisa menyaksikan pemandangan Gunung Salak sebagai latar dari Tugu Kujang. Tapi kini, hal tersebut tidak dapat lagi dinikmati karena tidak jauh dari tugu, berdiri sebuah hotel yang menghalangi pemandangan indah tersebut. 

Pada awal tahun 2017, Walikota Bogor Bima Arya meresmikan sebuah tugu baru yang berdampingan dengan Tugu Kujang, yaitu Tugu Tepas Lawang Salapan atau tugu sembilan pintu. Di atas tugu tersebut tertulis Di nu kiwari ngancik nu bihari, seja ayeuna sampeureun jaga' yang artinya adalah  'segala hal di masa kini adalah pusaka masa silam, dan ikhtiar hari ini adalah untuk masa depan'.

Baca lagi: Lawang Salapan landmark baru Kota Bogor