Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah inspirasi : Aku bangga dengan rumah kecilku

Kata orang, rumah adalah tempat kita kembali pulang. Oleh karena itu bersyukurlah bila kita masih memiliki rumah untuk berpulang. Tidak kedinginan maupun kepanasan di pinggir jalanan.
Zeng Lingjun, mungkin bukanlah orang kaya. Ia hanya seorang tukang reparasi sepatu dengan banyak keterbatasan. Namun bersama istrinya, Wang Zhixia dan sang anak, Devi, Zeng tetap bisa menikmati hidup di rumahnya yang berbentuk toilet.


(c) dailymail.co.uk(c) dailymail.co.uk
Ya, toilet. Sebuah tempat yang biasanya kita gunakan untuk membuang air besar maupun kecil. Tempat yang selalu kita keluhkan penuh bau dan kotor. Dengan usaha Zeng dan istrinya, mereka membuat 'kerajaan' mereka sendiri.
Toilet yang ditinggalinya ini adalah milik sebuah hotel yang disewa Zeng dengan biaya £800 per tahun, atau sekitar kurang dari Rp 1,5 juta. Dengan mata pencahariannya, ia dan sang istri tak bisa membeli rumah yang besar, namun ia menyiasati toilet tersebut agar tetap layak ditinggali olehnya dan keluarga kecilnya.

(c) dailymail.co.uk(c) dailymail.co.uk
Setelah menikah beberapa tahun lalu, Zeng dan Wang sempat menyewa sebuah apartemen yang cukup untuk mereka. Namun akhirnya mereka kembali lagi dari bawah dan menyewa toilet tersebut.

(c) dailymail.co.uk(c) dailymail.co.uk
Zeng mengubah salah satu bilik kamar mandi menjadi kamar tidur. Sementara menyiasati bilik toilet lainnya menjadi lemari pakaian. Bagian depan toilet menjadi dapur mini tempat istrinya memasak. Setiap beberapa waktu sekali, secara rutin ia memencet tombol air pada kloset kencing pria itu untuk mengurangi bau yang muncul dari saluran pipa.
Meski begitu, Zeng merasa bahwa rumahnya ini 'lengkap' dan cukup untuk keluarga kecilnya ini. "Santai saja. Kita masih muda. Hidup akan membaik kalau kita mau kerja keras," ujarnya.

(c) dailymail.co.uk(c) dailymail.co.uk
"Aku cukup bersyukur dengan apa yang kumiliki sekarang. Lebih baik di sini daripada di luar sana," kata Zeng.
Meski ia sudah punya rumah, ia memang masih bekerja keras untuk bisa membuat kehidupan keluarganya lebih baik. Namun setidaknya, ia punya tempat untuk pulang dan tempat di mana ia bisa berkumpul bersama keluarga kecilnya.
Hidup ini kadang miris dan ironis. Ada yang tinggal di dalam rumah besar namun dengan hati dan hidup yang hampa. Ada pula yang tinggal di rumah sempit namun dengan kehangatan dan canda tawa.
Semoga dengan kisah hidup Zeng, kita bisa belajar menghargai apa yang kita miliki. Meski terbatas, namun ia tetap optimis dan sanggup bekerja keras demi keluarga.

Sumber :Vemale.com