Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Misteri Asal Usul Lagu Lingsir Wengi

INILAH DUNIA KITA - Penggunaan lagu Lingsir Wengi ini sebagai lagu latar dari film hantu Indonesia membuat makna lagu ini menjadi salah arti, sampai-sampai lagu lingsir wengi ini dianggap sebagai lagu yang bisa mengundang kedatangan mahluk halus jika diputar tengah malam.


Sebenarnya lagu Lingsir Wengi ini biasa dinyanyikan oleh ibu-ibu untuk menidurkan anaknya di kala malam yang sunyi, yang berfungsi agar si anak diberikan perlindungan oleh Tuhan, sedangkan nama lain dari Lingsir Wengi yaitu kidung Rumekso Ing Wengi.


Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan makna lagu lingsir wengi ini:

1. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga yang mempunyai nama kecil Raden Said ini memiliki nama-nama lain seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Beliau lah yang menciptakan lagu atau kidung Lingsir Wengi tersebut. Nama Kalijaga diperoleh karena beliau menyukai berendam di sungai pada saat beliau berada di Cirebon. Namun menurut pengamat lainnya, menyatakan bahwa kata Kalijaga berasala dari bahasa arab yaitu “Qadli Dzaqa” yang berarti penghulu suci kesultanan.

2. Sarana Dakwah
Sunan Kalijaga sangat menyukai kesenian, sehingga beliau memakai kesenian sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam pada masa itu. Sunan Kalijaga menggunakan seni ukiran, wayang, gamelan, serta nyanyian dalam dakwahnya. Salah satunya yang beliau gunakan adalah kidung Lingsir Wengi tersebut yang berisi doa kepada Tuhan. Selain itu, ia juga menciptakan baju takwa, perayaan sekatenan di Yogyakarta, dan lain-lain.

3. Lagu Gending Jawa
Sunan Kalijaga menciptakan kidung Lingsir Wengi dengan memakai pakem gending Jawa yaitu Macapat. Pakem Macapat ini terdiri dari 11 macam pakem yang salah satunya yaitu pakem Durma yang dipakai dalam Lingsir Wengi.
Lagu-lagu yang memakai Pakem Durma harus mencerminkan suasana yang keras, sangar, suram, kesedihan, bahkan bisa mengungkapkan sesuatu yang mengerikan dalam kehidupan. Oleh sebab itu, lagu Lingsir Wengi dilantunkan dengan perasaan yang lembut, tempo pelan, dan sangat menyayat hati.

4. Lagu Tolak Bala
Lagu Lingsir Wengi dipakai oleh sunan Kalijaga setelah melakukan solat malam yang berfungsi untuk menolak bala atau mencegah perbuatan makhluk gaib yang ingin mengganggu. 

Selain itu makna lagu tersebut tersirat menyatakan sebuah doa kepada Tuhan seperti yang dinyatakan dalam lirik lagunya :

Lingsir wengi sliramu tumeking sirno
Ojo tangi nggonmu guling
Awas jo ngetoroAku lagi bang wingo wingo
Jin setan kang tak utusi
Dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet

Dalam Bahasa indonesia :

Menjelang malam, dirimu(bayangmu) mulai sirna...
Jangan terbangun dari tidurmu...
Awas, jangan terlihat (memperlihatkan diri)...
Aku sedang gelisah,
Jin setan ku perintahkan
Jadilah apapun juga,
Namun jangan membawa maut... 


[Update] Sebenarnya lagu lingsir wengi versi aslinya justru lebih panjang dari yang kita ketahui, dan memiliki makna yang sangat mendalam. 

Berikut lirik asli dari lagu lingsir wengi 

Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno


Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami mirunda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning
Wong lemah miring
Myang pakiponing merak


Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku baginda Esis
Pangucapku ya Musa


Napasku nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup pamiryarsaningwang
Dawud suwaraku mangke
Nabi brahim nyawaku
Nabi Sleman kasekten mami
Nabi Yusuf rupeng wang
Edris ing rambutku
Baginda Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging Ngumar singgih
Balung baginda ngusman


Sumsumingsun Patimah linuwih
Siti aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Netraku ya Muhamad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahe para nabi
Dadya sarira tunggal


Terjemahan dalam bahasa Indonesia :

Ada kidung rumekso ing wengi. Yang menjadikan kuat selamat terbebas
dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setanpun
tidak mau. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat.
guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuripun menjauh dariku.
Segala bahaya akan lenyap.


Semua penyakit pulang ketempat asalnya. Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih. Semua senjata tidak mengena. Bagaikan kapuk jatuh dibesi. Segenap racun menjadi tawar. Binatang buas menjadi jinak. Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak.

Kandangnya semua badak. Meski batu dan laut mengering. Pada akhirnya semua slamat. Sebab badannya selamat dikelilingi oleh bidadari, yang dijaga oleh malaikat, dan semua rasul dalam lindungan Tuhan. 

Hatiku Adam dan otakku nabi Sis. 
Ucapanku adalah nabi Musa.
Nafasku nabi Isa yang teramat mulia. 
Nabi Yakup pendenganranku. 
Nabi Daud menjadi suaraku. 
Nabi Ibrahim sebagai nyawaku. 
Nabi sulaiman menjadi kesaktianku. 
Nabi Yusuf menjadi rupaku. 
Nabi Idris menjadi
rupaku. 

Ali sebagai kulitku. 
Abubakar darahku dan 
Umar dagingku.
Sedangkan Usman sebagai tulangku.


Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia. 
Siti fatimah sebagai
kekuatan badanku. 
Nanti nabi Ayub ada didalam ususku. 
Nabi Nuh
didalam jantungku. 

Nabi Yunus didalam otakku. 
Mataku ialah Nabi
Muhamad. 


Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa. Maka
lengkaplah semua rasul, yang menjadi satu badan.

 
 
Mitos lain seputar lagu lingsir wengi 

Dalam beberapa mitologi jawa yang lain menyebutkan bahwa syair lagu tersebut yang disebut dengan syair durma yang konon dikatakan bisa memanggil kedatangan mahluk halus. 

Durma adalah salah satu pakem lagu dalam Macapat. 

Macapat adalah kumpulan lagu Jawa yang mencakup 11 pakem (Dandhanggula, Mijil, Pocung, Megatruh, Gambuh, Sinom, Maskumambang, Pangkur, durma, Asmarandana, dan Kinanthi). 

Tradisi Macapat ini diperkirakan sudah mulai ada sejak jaman akhir kerajaan Majapahit.
Setiap tembang dalam Macapat mencerminkan watak yang berbeda-beda. durma, disebut sebagai bagian Macapat yang mencerminkan suasana/sifat keras, sangar, dan suram. Bahkan kadang mengungkapkan hal-hal yg angker dlm kehidupan. 

Dalam tradisi Jawa, ada istilah Tembang dolanan (Lagu Mainan). Yang dimaksud adalah lagu yang dipakai untuk ritual permainan magis Jawa. Misal, ada lagu untuk memainkan Jalangkung; ada lagu untuk memanggil roh dlm permainan boneka Ni Thowong; dsb. Ada pula lagu yang dipercaya bisa memanggil buaya di sungai (dari pakem Megatruh), dan oleh orang Jawa sampai saat ini masih menjadi mitos larangan untuk dinyanyikan di sungai.


Tapi untuk lagu-lagu ritual, biasanya tidak berdiri sendiri untuk memfungsikannya. 
Lagu itu dinyanyikan dengan iringan syarat ritual yg lain, yang mana tiap-tiap ritual membutuhkan per-syarat-an atau sesaji-an yang sangat spesifik dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ritual tersebut. 

Dalam budaya Jawa terdapat lagu lain yang juga sering digunakan untuk memanggil mahluk halus yaitu : 

Sluku-sluku bathok, bathok’e ela-eloSi romo menyang solo, oleh-oleh’e payung munthoMak jenthit lo-lo lobah, wong mati ora obahYen obah medheni bocah…

Pada jaman dahulu, anak – anak Jawa memiliki tradisi dan kebiasaan setiap bulan purnama mereka akan membuat boneka dari keranjang bunga yg habis dipakai untuk  ziarah (seperti Jelangkung). lalu dilengkapi dengan sesaji bunga tujuh rupa, sirih, dan tembakau, kemudian diletakan di pinggiran sungai.
Pada  malam bulan purnama, anak – anak akan mengelilingi boneka itu sambil menyanyikan lagu tadi. Lagu itu dinyanyikan berulang kali sambil memegang boneka, dan konon apa yang terjadi berikutnya adalah Boneka tersebut akan bergerak dengan agresif, seperti yang dikendalikan oleh kekuatan dari luar. 

Hal itu berarti roh penunggu sungai tersebut telah masuk ke boneka dan mau diajak bermain dengan mereka. dalam permainan tersebut boneka itu harus terus dipegang dan roh boneka itu akan membawa pemegangnya berlari-lari kemana-mana, lalu ini dijadikan permainan kejar-kejaran. 

Siapa yang kelelahan akan ditangkap oleh boneka itu lalu dipukul dengan kepala boneka yang terbuat dari tempurung kelapa dengan melalui kekuatan mistis yang merasuki boneka tersebut. Permainan ini dikenal dengan Ni Thowong atau Ninidok.

Dan setelah permainan berakhir maka anak-anak tersebut akan melagukan mantra penanggulangannya. yang berfungsi untuk menghindari efek yang lebih lanjut dari kemunculan mahluk halus tersebut.

Inilah mantra penanggulangannya

Nga tha ba ga ma,
Nya ya ja dha pa,
La wa sa ta da,
Ka ro co no ho. (di baca 7 kali)

Jika diamati, mantra diatas sebenarnya adalah ejaan huruf Jawa tapi disusun terbalik. Itu disebut Caraka Walik, mantra Jawa Kuno untuk menangkal roh jahat.
Video lagu lengser wengi versi film



Semoga bisa menambah pengetahuan bersama.